Cerita Wayang Kulit ( Pandawa Puter Puja )
Syahdan
Raja Astina Parbu Suyudana hadir di pasewakan dihadap oelh putra
mahkota Raden Lesmana Mandrakumara, pendita praja Astina Dhahyang
Drona, Patih Sakuni, Adpati Awangga Karna dan segenap para Korawa,
Raden Arya Dursasana, Raden Kartamarma, Raden Durmagati, Raden
Citraksa, dan Raden Citraksi. Pokok perembugan raja berkisar pada sabda
jawata yang diterimanya, bahwasanya sang Raja diperintahkan untuk
mengadakan semadi di laladan luar istana Astina, jika akan mencapai
terlabulnya cita-cita. Raja berkebulatan hati untuk melaksanakan puter
puja, kepada Pandita Durna diperintahkan turut serta. Adapun Patih
Arya Sakuni, dan para Korawa ditugaskan tinggal di istana menjaga
tata-tirtib keamanan selama raja melaksanakan hajatnya.
Permaisuri
raja Dewi Banowati tak ketinggalan diberitahu juga oleh raja,
demikian pula putri raja yang bernama Dewi Lesmanawati. Seluruh istana
Astina berharap semoga puter puja yang dilaksanakan oleh raja akan
lulus selesai tak ada aral yang merintanginya. Setelah segala sesuatu
persiapan selesai, berangkatlah raja diiringi Pandita Praja Dhahyang
Drona menuju hutan Krendawahana, suatu tempat terkenal keganasannya
dikarenakankahyangannya Batari Dirga.
Di kerajaan
Nungsakambang, Prabu Jayabirawa dihadap oleh Patih Siwanda dan beberapa
wadyabala yaksa. Raja Nungsakambang berkenan mengutarakan isi
hatinya, bahwasanya tersiar berita pada waktu ini ratu-ratu di tanah
Jawa sedang tekun mengadakan puter puja bertempat di hutan Krendayana,
Kepada Patih Siwanda dijelaskan pula, usaha raja-raja tanah Jawa
mengadakan puter puja itu harus dihalangi jangan sampai terlaksana,
sebab akan berbahaya bagi raja Nungsakambang. Wadyabala raja yang
berujud siluman si Jaramaya, Sadumiya, dan Doramiya diperintahkan oleh
raja untuk segera berangkat ke hutan Krendayana mencari raja yang
sedang puter puja, tugas utamanya mengoda dan menghalangi terlaksananya
usaha tersebut. Lengkaplah sudah wadyabala Nungsakambang yang akan
melaksanakan tugas, dalam perjalanannya menuju ke hutan Krendayana
bertemu dengan prajurit-prajurit dari Astina. Ternyata kedua-duanya tak
dapat menghindarkan diri dari peperangan, namun tak sampailah
peperangan itu meluas. Sehingga kedua pasukan merasa perlu untuk
melanjutkan tugasnya masing-masing.
Di pertapaan
Retawu Resi Abyasa dihadap oleh cantrik, tan jauh dari sang Resi
kelihatan pula cucu sang Begawan ialah Raden Angkawijaya dan Raden
Arya Gatutkaca, yang selalu diikuti oleh Kyai Semar, Nalagareng, dan
Petruk. Masalah pokok yang dibicarakan mengenai permohonan mengenai
permohonan doa restu kepada para pepunden Pandawa yang sedang
mengadakan puter puja. Resi Abyasa setelah memberikan restunya, Raden
Angkawijaya dan Raden Arya Gatutkaca segera diseyogyakan untuk
kembali. Lajulah kedua satriya tadi dalam perjalanannya diikuti oleh
ketiga panakawan, Kyai Semar, Nalagareng, dan Petruk. Sekembalinya
para satriya sanga Bagawan segera masuk ke dalam sanggar pamujan,
memohon kepada dewata semoga cucundanya Pandawa yang sedang mengadakan
puter puja dalam keadaan selamat.
Tersebutlah dtya
seluman utusan dari Prabu Jayabirawa Nungsakambang dalam tugasnya
menuju ke hutan Krendayana, dipertengahan perjalanannya bertemu dengan
Raden Angkawijaya dan Raden Arya Gatutkaca. Kedua ksatriya setelah
mengetahui bahwasanya mereka itu tak lain pra-aditya yang akan
mengganggu lulusnya para Pandawa mengadakan puter puja, terlihat dalam
percecokan akhirnya memuncak menjadi peperangan. Kadua-duanya
bertempur dengan segala akal dan kekuatan, namun kedua ksatriya
tersebut tak kuasa menandinginya. Meski para dtya tadi tidak dapat
mati, namun dirasakan juga berlaga menghadapi kedua kesatriya ini pun
tak semudah apa yang diduga. Sehingga ajhirnya kemarahan mereka
timbul, segeralah mereka mempergunakan aji panglimunannya, serta
melepaskan aji kemayan dan lisah(minyak) Muksala. Raden Angkawijaya
dan Raden Arya Gatutkaca setelah kedua-duanya terkena aji kemayan,
barulah mereka menjadi arca. Kyai Semar, Nalagareng dan Petruk yang
mengetahui kedua Gusti mereka berubah wujudnya menjadi arca segera
meninggalkan medan laga untuk segera melapor ke praja Madukara.
Konon
Parabu Suyudana yang menjalankan hajat mengadakan puter puja telah
sampai di hutan Krendayana, dengan ditemani oleh Pendita Astina
Dhahyang Drona. Para Korawa yang mengantarkan telah diperintahkan
untuk segera kembali ke Astina. Prabu Suyudana dan Dhahyang Drona di
dalam hutan Krendayana bertemu dengan seorang pertapa yang menjalankan
tapanya dengan cara membisu. Sang Raja bertanya kepada Begawan
Lanowa, " Hai sang Begawan, apakah kiranya tapa anda itu mempunyai
maksud-maksud tertentu. Jika anda tidak berkeberatan, sudilah kiranya
kepada kami diberitakannya ", namun sang Begawan Lanowa tetap
membisu, tak sepatah kata pun terucap. Pandita Drona yang telah
mengetahui keadaan sang Begawan Lanowa, segera menghimbaunya dan
menerangkannya panjang-lebar kepada Begawan Lanowa. Bahwasanya
kedatangannya di hutan Krendayana, tak lain mengantarkan Raja Suyudana
melaksanakan pesan jawata mengadakan puter puja. Kepada Begawan yang
membisu, pertanyaan terucap dari Dhahyang Drona, " Sang Begawan,
apakah gerangan yang menjadi tujuan anda bertapa di dalam hutan
Krendayana yang sangat berbahaya dan gawat ini ?" Begawan
Lanowatertegun sejenak, dan sudi menjawabnya," Wahai para pendatang,
ketahuilah bahwasanya yang menjadi tujuan bertapa di dalam hutan
Krendayana ini, bukanlah semata-mata bertapa untuk keperluanku pribadi.
Melainkan aku menggentur tapa ini, untuk anak menantu saya yang
bernama Raden Arjuna." Prabu Suyudana yang mendengarkan jawaban dan
keterangan Begawan Lanowa teramat marahnya, akhirnya Begawan Lanowa
dibunuh. Namun Prabu Suyudana, " Hai Prabu Suyudana, apalah salahnya
orang tua yang sangat mengasihi anak menantunya, menapakannya.
Kathuilah, kematianku ini akan kutuntut balas kepadamu, besuk kelak
jika sekiranya waktu telah datang mengskala Baratayuda terjadi."
Setelah bersuara muksalah badan sang Begawan Lanowa, Raja Suyudana
dan Pandita Durna tertegun sejenak mendengarkan ancaman Begawan Lanowa,
namun tiada berapa lama segeralah Raja Suyudana melanjutkan hajatnya
menunaikan puter-puja dengan didampingi oleh Pandita Durna.
Dipraja
Madukara Raden Arjuna dihadap oleh para istrinya, Dewi Subadra dan
Dewi Srikandi. Selagi mereka berbincang-bincang masuklah Kyai Semar
sambil menangis, tersendat-sendat ucapnya melapor kepada Raden Arjuna, "
Raden, ketahuilah putramu Raden Angkawijaya sekembalinya dalam
perjalanannya pulang, dengan putramu Raden Arya Gatutkaca telah
disergap oleh raksasa-raksasa yang sangat tangguh dan ampuh. Terbukti
dalam peperangan itu, putra-putramu telah dikalahkan dan kesemuanya
telah berubah ujud menadi arca. Raden akan hal ini terserah Raden saja
bagaimana jalan sebaiknya untuk mengatasi keadaan yang gawat ini."
Raden Arjuna yang dengan tekun mendengarkan laporan panakawannya Kyai
Semar, tak terkendalikan lagi amarahnya.Kepada kedua istrinya berpamit
akan menyelesaikan masalah Raden Angkawijaya dan Raden Arya
Gatutkaca. Kadua istrinya sangat bersyukur, dan memanjatkan doa semoga
apa yang dilakukan suaminya dapat berhasil, dijauhkan dari aral yang
melintang. Raden Arjuna segera laju mencari putra-putranya diiringkan
oleh Semar,Nalagareng, dan Petruk.
Namun dalam
perjalanannya menuju ke hutan Krendayana, belum lagi sampai baru
menginjak di hutan tarataban, bertemulah sang Arjuna dengan Hyang
Batari Durga yang telah merubah wajahnya menjadi seorang wanita yang
sangat cantik wajahnya, bernama Dewi Talimendang. Pada pandangannya
yang pertama Raden Arjuna sudah sangat tertarik dengan Dewi
Talimendang, tidaklah mengherankan cita-citanya harus tercapai. Namun
ketika Dewi Talimendang dikejar-kejar oleh Raden Arjuna, berubahlah
Dewi Talimendang menjadi ujud semula ialah Hyang Batari Durga. Raden
Arjuna diumpatinya disumpah-sumpah, " Hai anaku Arjuna, tingkah-lakumu
tidak senonoh, ksatriya bagaikan seekor banteng." Abda Hyang Batari
kepada Raden Arjuna merubah keadaan Raden Arjuna dari seorang satriya
menjadi wujud binatang banteng. Manakala berubah wujudnya menjadi
seekor banteng Hyang Batari Durga masih diburunya, namun manakala pula
tampak olehnya wajahnya berubah wujudnya menjadi wujud binatang
banteng, Raden Arjuna sangat sedih hati dan menghentikan pemburuannya
terhadap Hyang Batari Durga. Kyai Semar Nalagareng, dan Petruk yang
merasa ketinggalan oleh kepergiaannya Raden Arjuna segera kembali,
adapun si banteng sendiri laju menuju ke kerajaan Dwarawati.
Di
Kerajaan Dwarawati Prabu Kresna menerima laporan dari Patih Udawa,
bahwasanya di luar kraton tampak olehnya seekor banteng mengamuk. Sri
Kresna segera tanggap sasmita dan meninggalkan pendapa kraton. Segera
menuju ke luar untuk menyongsong banteng yang sedang mengamuk. Setelah
tampak olehnya, agaknya banteng pun merasa dirinya tidak asing lagi
dengan Sri Kresna. Di dekatinya Sri Kresna, tingkah-lakunya si Banteng
menunjukkan iba hatinya Sri Kresna. Segeralah Sri Kresna merubah
dirinya menjadi seprang anak bajang (pendek dan kecil keadaan
tubuhnya) dengan nama Jaka Sungkana. Kepada banteng yang sedang
mencium-cium kaki Sri Kresna seakan-akan banteng menghaturkan
sembahnya, Sri Kresna yang telah merubah dirinya menjadi anak bajang
bernama Jaka Sungkana mengajaknya untuk pergi. Banteng sekarang bernama
Andini, dengan gembalanya anak bajang bernama Jaka Sungkana laju
melesat menuju ke Kerajaan Nungsakambang.
Di Kerajaan
Amarta, Prabu Puntadewa berkata kepada adiknya Raden Arya Wrekodara, "
Duhai adik-adikku kesemuanya, Arya Wrekodara, Nakula, dan Sadewa.
Kiranya hari ini waktu yang baik sekali bagi kita semua untuk
melakukan hajat semadi, melaksanakan puter puja. Kalian kesemuanya
menyertaiku ", segeralah Prabu Puntadewa diiringi oelh adik-adiknya
pergi menuju ke hutan Krendayana untuk melaksanakan puter puja.
Di
tengah hutan Krendayana Prabu Puntadewa bersama-sama adiknya dalam
perjalanannya menemukan arca, berbentuk seekor gajah. Konon arca yang
berbentuk gajah putih tersebut, menunjukkan tempat bekas Raden
Gajahhoya. Di tempat itulah Sri Puntadewa dan adik-adiknya memulai
samadi, tak lama turunlah Hyang Narada dan Hyang Endra dari Suralaya
mendekati Sri Puntadewa dan adik-adiknya. Berkatalah Hyang Narada, "
Wahai Kaki Puntadewa, kedatanganku adalah diutus oleh Hyang Girinata
untuk menjelaskan membaritahukan kepada hal-hal sebagai berikut.
Bahwasanya kaki Puntadewa dikehendaki oleh dewa untuk menjadi raja di
Pulau Jawa, selanjutnya para Pandawa besuk akan keluar sebagai
pemenang dalam perang Bratayuda, lagi pula segala peraturan-peraturan
undang-undang yang telah aku jelaskan kepadamu sebagai penetap agama
hendaknya ditaati," Sri Yudhistira dan adik-adiknya sangat bersyukur
kepada dewa atas karuniah yang telah dilimpahkan kepadanya dan
saudara-saudaranya. Setelah bertemu agak lama, kembalilah Hyang Narada
dan Hyang Endra ke Suralaya. Sri Puntadewa dan adik-adiknya kembali
manuju ke pura Amarta.
Prabu Birawa raja Nusakambang
sedang menerima kedatangan Hyang Batari Durga, di samping Patih
Siwanda. Diberitakan oleh Batari Durga bahwasanya Raden Arjuna sekarang
telah mati, suka-citalah Prabu Birawa mendengarkannya. Setelah
menjelaskan hal tersebut, kembalilah Batari Durga ke kahyangannya. Di
alun-alun Nungsakambang terlihat banteng mengamuk dengan penggembalanya
seorang anak kecil, yang tiada lain Jaka Sungkana dengan banteng
Andini. Keadaan menjadi kacau oleh amukan banteng, raja Birawa menerima
laporan perihal tersebut. Keluarlah sang Raja dari istana, menuju ke
alun-alun dengan maksud akan menghalau banteng tadi. Oleh kesaktiannya
Patih Siwanda merubah dirinya menjadi seekor harimau dan bertanding
dengan banteng Andini, terjadilah pertarungan seru dan sengit.
Demikian
pula Raden Jaka Sungkana bertanding melawan Prabu
Birawa,lama-kelamaan banteng Andini kembali berujud Raden Arjuna,
Raden Jaka Sungkana kembali ujudnya menjadi Sri Kresna. Sadarlah Sri
Kresna lawan apa yang dihadapinya, segera senjata sakti berujud cakra
dilepaskan, Prabu Birawa terkena babar kembali menjadi Hyang Kala.
Adapun Patih Siwanda kembali ujud mulanya menjadi Hyang Kalayuwana.
Kedua-duanya setelah babar kembali ujud semulanya, laju ke
kahyangannya amsing-masing.Sri Kresna dan Raden Arjuna segera
melanjutkan usahanya untuk menemukan saudara-saudara Pandawa lainnya.
Sampailah mereka di hutan tarataban, dilihatnya ada sepasang arca
bagus-bagus rupanya. Menyadari ada hal-hal yang janggal, Sri Kresna
segera mendekati kedua arca tersebut dan bersemadi untuk memohon
ruwatnya (hilangnya gangguan) kedua arca tersebut. Dewata mengabulkan,
kedua arca teruwat kembali asalnya. Berujud Raden Angkawijaya dan
Raden Gatutkaca. Setelah mereka melapor dari awal sampai akhir kepada
Sri Kresna dan Raden Arjuna, kembalilah mereka bersama-sama menuju ke
praja Amarta. Selagi mereka dalam perjalanannya menuju ke praja
Amarta, bertemulah dengan Sri Puntadewa, Raden Arya Wrekodara, Raden
Nakula dan Raden Sadewa. Agak lama pertemuan itu terjadi, saling
melepaskan kerinduannya masing-masing. Akhirnya bersepakat kesemuanya
kembali ke praja Amarta.
Prabu Suyudana dan Dhahyang
Drona berembug dengan Patih Sakuni dan para Korawa perihal gagalnya
raja mengadakan puter puja, dan hal-hal yang mengkhawatirkan raja
dikarenakan telah dibunuhnya seorang pendeta yang tidak berdosa
bernama Begawan Lanowa. Apa lagi raja sangat menyesalinya mengingat
akan kutukan-kutukan sang Begawan keoada raja, bahwasanya besok akan
kalah perangnya dalam Bratayuda. Tresiarnya berita bahwasanya para
Pandawa telah berhasil mendapatkan perlindungan-perlindungan dari para
dewa, terbukti para Pandawa kelihatan berhasil pula dalam menjalankan
puter pujanya di hutan Krendayana. Raja sangat mengiri kepada para
Pandawa, diperintahkanya para Korawa untuk segera menyerang dan
menghancurkan para Padawa. Wadyabala Astina laju menuju ke pura
Amarta, dengan segala kekuatanya.
Sekembalinya Sri
Yudhistira dan adik-adiknya, beserta Sri Kresna di Amarta tiada lain
yang dibicarakan perihal berhasilnya para Pandawa melaksanakan puter
puja, di hutan Krendayana. Sebaliknya Sri Kresna pun menguraikan dari
awal sampai akhir segala kejadian yang dialaminya menghadapi Kerajaan
Nungsakambang. Selagi mereka berbincang-bincang mengenang pengalaman
masing-masing, tersiarlah berita bahwasanya di lur ramai dibicarakan
para wadyabala datangnya para Korawa yang mengamuk. Sri Puntadewa
memerintahkan kepada adiknya Raden Arya Wrekodara untuk menanggulangi
para Korawa yang akan merusak menyerang praja Amarta, dikarenakan tidak
senang melihat para Pandawa berhasil dalam melakukan puter pujanya di
hutan Kredayana. Arya Wrekodara tampil ke depan berhadapan dengan para
Korawa, perang seru dan ramai terjadi. Namun para Korawa yang terdiri
dari pemuka-pemukanya, tampak antaranya Raden Arya Dursasana, Raden
Arya Jayadrata, Raden Kartamarma, Raden Durmagati, Raden Citraksa,
Raden Citraksi dengan segenap prajuritnya dapat dipukul mundur oleh
Raden Arya Wrekodara. Kembalilahpara Pandawa berkumpul, utnuk berucap
syukur kepada dewa dikarenakan telah terhindar dari aral yang
melintang ,berhasil dalam melakukan hajat puja. Amanlah sudah Kerajaan
Amarta, para kawula praja turut bersuka-cita.
cerita wayang, cerita wayang bahasa jawa, cerita wayang kulit, cerita
wayang beber, cerita wayang ramayana, cerita wayang golek, cerita
wayang mahabarata, cerita wayang arjuna, cerita wayang beber berasal
dari, cerita wayang bahasa jawa arjuna,cerita wayang abimanyu dalam
bahasa jawa, cerita wayang arjuna bahasa jawa, cerita wayang antasena,
cerita wayang adipati karna, cerita wayang adalah, cerita wayang anoman
duta, cerita wayang arjuna dan srikandi,cerita wayang bima, cerita
wayang bahasa jawa singkat, cerita wayang bahasa jawa semar, bahasa jawa
cerita wayang, gaya bahasa cerita wayang,bahasa jawa cerita wayang
ramayana, bahasa jawa cerita wayang ramayana sintha kandhusta, cerita
wayang b jawa, cerita wayang b.jawa singkat, cerita wayang b.sunda,
cerita wayang b.indonesia, cerita wayang b.jawa pendek, cerita wayang
cangik, cerita wayang cangik dalam bahasa jawa,cerita wayang cupu manik
astagina, cerita wayang cepot,cerita wayang cekak, cerita wayang
caranggana, cerita wayang cinta, cerita wayang citraksi, cerita wayang
citraksa, cerita wayang candrabirawa dalam bahasa jawa
,cerita wayang dalam bahasa jawa, cerita wayang dewa ruci, cerita wayang dewi sinta dalam bahasa jawa, cerita wayang duryudana dalam bahasa jawa, cerita wayang dewa ruci dalam bahasa jawa, cerita wayang dewi sinta, cerita wayang dewi kunti, cerita wayang dewi anjani, cerita wayang dalam bahasa jawa singkat, cerita wayang dalam bahasa sunda, cerita di wayang, cerita di wayang hari ini, gambar dan cerita wayang, gambar dan cerita wayang kulit, judul dan cerita wayang, tokoh dan cerita wayang, dewa di cerita wayang, cerita wayang ekalaya, cerita wayang epos mahabarata, cerita wayang entus, cerita wayang bambang ekalaya, cerita wayang ki entus, cerita wayang golek erawan palastra, cerita wayang cekel indralaya, cerita wayang wahyu ekajati, cerita wayang dalang entus, cerita wayang ki enthus, cerita wayang full, cerita wayang fabel, cerita wayang versi jawa, cerita wayang free, cerita wayang golek full, cerita wayang kulit full, fungsi cerita wayang, filosofi cerita wayang,fungsi cerita wayang di indonesia, download cerita wayang golek full, cerita wayang gareng, cerita wayang golek bahasa sunda, cerita wayang gatotkaca bahasa jawa, cerita wayang gareng dalam bahasa jawa, cerita wayang gatotkaca gugur, cerita wayang golek si cepot, cerita wayang gugure abimanyu, cerita wayang golek lucu, cerita wayang hanoman, cerita wayang hanoman dalam bahasa jawa, cerita wayang humor, cerita wayang hot, cerita wayang arjuno sosro krido, cerita wayang anoman singkat, cerita wayang hanoman dalam bahasa sunda, cerita wayang hari ini, cerita wayang hasil karya sunan kalijaga, cerita wayang anoman sejarah
cerita wayang indonesia, cerita wayang ing tlatah jawa biasane asale soko kitab, cerita wayang indrajit, cerita wayang india, cerita wayang indrajit dalam bahasa jawa, cerita wayang iku asale soko ngendi, cerita wayang iku asale saka ngendi, cerita wayang ing basa jawa, cerita wayang islam, cerita wayang islami, cerita wayang jawa, cerita wayang jawa singkat, cerita wayang janaka, cerita wayang jawa dalam bahasa jawa, cerita wayang jawa lengkap, cerita wayang jowo, cerita wayang jayadrata gugur, cerita wayang jabang tutuka, cerita wayang jatayu, cerita wayang jawa ramayana, cerita wayang kresna, cerita wayang kumbakarna, cerita wayang kulit bahasa jawa, cerita wayang kulit bahasa indonesia, cerita wayang kumbakarna gugur, cerita wayang kulit semar, cerita wayang kresna dalam bahasa jawa, cerita wayang kulit singkat, cerita wayang kulit wahyu katentreman, cerita wayang lucu ,cerita wayang limbuk, cerita wayang lengkap, cerita wayang laksmana, cerita wayang lucu bahasa jawa, cerita wayang lahirnya wisanggeni, cerita wayang lahire abimanyu dalam bahasa jawa,cerita wayang lahirnya gatotkaca,cerita wayang lahire anoman,cerita wayang mahabarata bahasa jawa,cerita wayang mahabarata bahasa jawa ngoko,cerita wayang modern,cerita wayang maharsi wiyasa,cerita wayang mahabarata dan ramayana,cerita wayang menggunakan bahasa jawa,cerita wayang mahabarata lengkap,cerita wayang mahabarata bahasa jawa singkat,cerita wayang madya,cerita wayang nakula,cerita wayang nakula sadewa,cerita wayang nakula dalam bahasa jawa,cerita wayang nakula sadewa bahasa jawa,cerita wayang nakula bahasa jawa,cerita wayang nakula dan sadewa,cerita wayang nganggo basa jawa,cerita wayang nganggo bahasa jawa,cerita wayang nusantara,cerita wayang nakula nganggo basa jawa,cerita wayang orang,cerita wayang orang sriwedari,cerita wayang orang anoman obong,cerita wayang orang banyak diambil dari kisah,cerita wayang orang mahabarata,cerita wayang online
,cerita wayang dalam bahasa jawa, cerita wayang dewa ruci, cerita wayang dewi sinta dalam bahasa jawa, cerita wayang duryudana dalam bahasa jawa, cerita wayang dewa ruci dalam bahasa jawa, cerita wayang dewi sinta, cerita wayang dewi kunti, cerita wayang dewi anjani, cerita wayang dalam bahasa jawa singkat, cerita wayang dalam bahasa sunda, cerita di wayang, cerita di wayang hari ini, gambar dan cerita wayang, gambar dan cerita wayang kulit, judul dan cerita wayang, tokoh dan cerita wayang, dewa di cerita wayang, cerita wayang ekalaya, cerita wayang epos mahabarata, cerita wayang entus, cerita wayang bambang ekalaya, cerita wayang ki entus, cerita wayang golek erawan palastra, cerita wayang cekel indralaya, cerita wayang wahyu ekajati, cerita wayang dalang entus, cerita wayang ki enthus, cerita wayang full, cerita wayang fabel, cerita wayang versi jawa, cerita wayang free, cerita wayang golek full, cerita wayang kulit full, fungsi cerita wayang, filosofi cerita wayang,fungsi cerita wayang di indonesia, download cerita wayang golek full, cerita wayang gareng, cerita wayang golek bahasa sunda, cerita wayang gatotkaca bahasa jawa, cerita wayang gareng dalam bahasa jawa, cerita wayang gatotkaca gugur, cerita wayang golek si cepot, cerita wayang gugure abimanyu, cerita wayang golek lucu, cerita wayang hanoman, cerita wayang hanoman dalam bahasa jawa, cerita wayang humor, cerita wayang hot, cerita wayang arjuno sosro krido, cerita wayang anoman singkat, cerita wayang hanoman dalam bahasa sunda, cerita wayang hari ini, cerita wayang hasil karya sunan kalijaga, cerita wayang anoman sejarah
cerita wayang indonesia, cerita wayang ing tlatah jawa biasane asale soko kitab, cerita wayang indrajit, cerita wayang india, cerita wayang indrajit dalam bahasa jawa, cerita wayang iku asale soko ngendi, cerita wayang iku asale saka ngendi, cerita wayang ing basa jawa, cerita wayang islam, cerita wayang islami, cerita wayang jawa, cerita wayang jawa singkat, cerita wayang janaka, cerita wayang jawa dalam bahasa jawa, cerita wayang jawa lengkap, cerita wayang jowo, cerita wayang jayadrata gugur, cerita wayang jabang tutuka, cerita wayang jatayu, cerita wayang jawa ramayana, cerita wayang kresna, cerita wayang kumbakarna, cerita wayang kulit bahasa jawa, cerita wayang kulit bahasa indonesia, cerita wayang kumbakarna gugur, cerita wayang kulit semar, cerita wayang kresna dalam bahasa jawa, cerita wayang kulit singkat, cerita wayang kulit wahyu katentreman, cerita wayang lucu ,cerita wayang limbuk, cerita wayang lengkap, cerita wayang laksmana, cerita wayang lucu bahasa jawa, cerita wayang lahirnya wisanggeni, cerita wayang lahire abimanyu dalam bahasa jawa,cerita wayang lahirnya gatotkaca,cerita wayang lahire anoman,cerita wayang mahabarata bahasa jawa,cerita wayang mahabarata bahasa jawa ngoko,cerita wayang modern,cerita wayang maharsi wiyasa,cerita wayang mahabarata dan ramayana,cerita wayang menggunakan bahasa jawa,cerita wayang mahabarata lengkap,cerita wayang mahabarata bahasa jawa singkat,cerita wayang madya,cerita wayang nakula,cerita wayang nakula sadewa,cerita wayang nakula dalam bahasa jawa,cerita wayang nakula sadewa bahasa jawa,cerita wayang nakula bahasa jawa,cerita wayang nakula dan sadewa,cerita wayang nganggo basa jawa,cerita wayang nganggo bahasa jawa,cerita wayang nusantara,cerita wayang nakula nganggo basa jawa,cerita wayang orang,cerita wayang orang sriwedari,cerita wayang orang anoman obong,cerita wayang orang banyak diambil dari kisah,cerita wayang orang mahabarata,cerita wayang online
Belum ada Komentar untuk "Cerita Wayang Kulit ( Pandawa Puter Puja ) "