Situs Gunung Padang, Sisa Peradaban Kuno di Indonesia
Bangunan itu didirikan
kira-kira 500 tahun sebelum masehi. Umurya 1.000 tahun lebih tua
daripada Candi Borobudur dan 2.000 tahun lebih tua dibandingkan dengan
situs Machu Picchu di Peru. Ialah Situs Gunung Padang yang berada di
atas bukit di Desa Karya Mukti, Kec Kancana, Kab Cianjur, Jabar.
Ketika pertama kalinya,
bentuk bangunan berundak yang terdiri dari susunan potongan batu-batu
kolom itu dilaporkan oleh N.J. Krom di tahun 1915. Kemudian laporannya
dimuat di buletin Rapporten van de Oudheidkundige Dients, dimana
diterbitkan oleh Dinas Kepurbakalaan Hindia Belanda. Pada era republik,
di tahun 1979 sesudah menerima laporan dari masyarakat, barulah Balai
Arkeologi dan Arkenas mulai mengadakan penelitian.
Riset atau penelitian berlanjut sampai pada akhirnya Tim Terpadu Penelitian Mandiri (bulan Mei 2012 - Mei 2013) dimana arkeolog Ali Akbar dari Universitas Indonesia memimpin penelitian tersebut, merilis temuannya yang mengundang decak kagum masyarakat, juga sekaligus mengundang pro dan kontra.
Gunung Padang adalah bukit yang terisolasi, terletak di ketinggian 885 mdpl, di tengah-tengah lembah utara perbukitan Gunung Karuhun dan bentuknya melengkung. Sobat penginggalan.com, Berbatasan dengan Sungai Cimanggu di selatan kaki bukit yang mengalir ke Sungai Cimandiri yang berada di sebelah barat. Terdapat Sungai Cipanggulaan dan Cikuta, yang membatasi lereng barat, selatan dan timur bukit, dan mengalir ke Sungai Cimanggu.
Riset atau penelitian berlanjut sampai pada akhirnya Tim Terpadu Penelitian Mandiri (bulan Mei 2012 - Mei 2013) dimana arkeolog Ali Akbar dari Universitas Indonesia memimpin penelitian tersebut, merilis temuannya yang mengundang decak kagum masyarakat, juga sekaligus mengundang pro dan kontra.
Gunung Padang adalah bukit yang terisolasi, terletak di ketinggian 885 mdpl, di tengah-tengah lembah utara perbukitan Gunung Karuhun dan bentuknya melengkung. Sobat penginggalan.com, Berbatasan dengan Sungai Cimanggu di selatan kaki bukit yang mengalir ke Sungai Cimandiri yang berada di sebelah barat. Terdapat Sungai Cipanggulaan dan Cikuta, yang membatasi lereng barat, selatan dan timur bukit, dan mengalir ke Sungai Cimanggu.
Bila Situs Gunung Padang
dilihat dari Gunung Batu, dari depan terlihat berbentuk limas dan ada
mahkota di puncaknya. Adanya hamparan bebatuan itu berjenis sama:
columntnar joint. Perbedaannya hanya susunan batu yang tidak simetris.
Sebagian ada yang menjulang tak tertata, ada yang tiduran, dan bahkan
ada yang terpecah-pecah beberapa bagian.
Bebatuan itu bukan batu pada umumnya. Orang-orang menyebutnya batuan kuno atau purba. Karena batuan tersebut memang hasil dari alam(alami). Yang berbeda adalah penumpukan batuan itu yang tersusun seperti pola kreasi manusia. Tahun-tahun belakangan terkuak, ada kerja manusia di susunan batu yang dianggap biasa itu.
Penemuan kebudayaan kuno Indonesia itu menyisakan karya misteri kelas kakap. Situs megalitikum, dimana konon berusia 500 tahun SM, tersaji di Bumi kita ini. Situs Gunung Padang adalah peninggalan megalitikum terbesar di Asia Tenggara dengan luas bangunan purbakalanya sekitar 900 meter persegi dan areal situs mencapai 25 hektare.
Bangunan ini memiliki balok-balok yang berbentuk prismatik dengan ukuran beraneka ragam. Susunan balok batu berlapis tanah liat. Punden berundak situs terdiri dari lima teras yang dibangun berbeda-beda dengan ruangan tertentu di setiap terasnya. Dimana setiap teras juga memiliki makna berbeda-beda. Menghadap ke Gunung Gede, Propinsi Jawa Barat.
Diberi nama padang, sebab memiliki nuansa menerangkan atau sebuah bukit yang bercahaya. Pada bagian timur, para pengunjung dapat melihat fenomena sunrise yang menawan. Situs juga dikelilingi beberapa bukit atau gunung, antara lain Gunung Pasir Batu, Gunung Kencana, Gunung Pasir Pogoh, dan Gunung Pangrango.
Jalan atau rute ke arah situs tidaklah terlalu sulit. Jika dari Jakarta, para pengunjung bisa lewat jalur Puncak, Bogor, Jawa Barat, lalu mengarah ke jalan Warung Kondang, Cianjur, Jawa Barat, sebagai pintu masuk awal situs. Bila mau lewat Sukabumi tak kalah menarik, rutenya menuju perbatasan Cianjur, kemudian ke arah Cianjur Kota, lalu Warung Kondang.
Setelah Warung Kondang masuk jalur kecil, rute atau jalan ke situs tak begitu mulus. Terdapat kerikil-kerikil yang bakal dijumpai. Kondisi jalan yang rusak menjadi bagian yang tidak bisa dihindari dari jalur tersebut. Jalanan panjang dengan kerusakan itu berjarak 20 km. Letak situs terselip di balik bukit kawasan beberapa kecamatan.
Ketika sampai di pintu gerbang besar, tidak tampak ada fasilitas memadahi, selain kamar kecil buatan warga sekitar lokasi. Begitu naik, tampaklah bangunan pusat informasi situs yang terkesan masih baru, leaflet mengenai cerita situs pun tidak dijumpai. Cuma ada beberapa warung milik warga tanpa area penginapan layaknya kawasan wisata.
Sekarang, wisatawan-wisatawan dan para peneliti seringnya, menginap di rumah warga sekitar. Harga sewanya cukup terjangkau, ya... sesuai dengan kesepakatan bersama.
Sebelum menaiki anak tangga menuju situs, persis di sisi anak tangga pertama, ada Sumur Cikahuripan arah utara. Kata Cikahuripan berarti "air-kehidupan". Kualitas air dari sumur Cikahuripan masih terjaga. Sumur disangga dengan bebatuan alami.
Kata warga setempat, walaupun kemarau, namun air disana masih jernih dan debitnya cukup untuk menghidupi warga sekitar. "Air ini bisa langsung diminum kok, dijamin tak ada penyakit. Pernah diteliti juga," ucap Nanang, seorang juru pelihara Situs Gunung Padang.
Beberapa anak tangga asli yang menghubungkan loket masuk dengan teras pertama berjumlah 378 dengan panjang 185 m. Dengan kemiringan mencapai 40-60 derajat. Sobat peninggalan.com, di tahun 2004, beberapa bebatuan tangga itu pernah disusun ulang. "Sekitar 25 meter yang ke atas masih asli kok," ungkap Nanang. Untuk melihatnya, letak atau susunan asli dengan batuan tidak asli dapat dibedakan dengan melihat kelurusan tiap sisinya.
Bebatuan itu bukan batu pada umumnya. Orang-orang menyebutnya batuan kuno atau purba. Karena batuan tersebut memang hasil dari alam(alami). Yang berbeda adalah penumpukan batuan itu yang tersusun seperti pola kreasi manusia. Tahun-tahun belakangan terkuak, ada kerja manusia di susunan batu yang dianggap biasa itu.
Penemuan kebudayaan kuno Indonesia itu menyisakan karya misteri kelas kakap. Situs megalitikum, dimana konon berusia 500 tahun SM, tersaji di Bumi kita ini. Situs Gunung Padang adalah peninggalan megalitikum terbesar di Asia Tenggara dengan luas bangunan purbakalanya sekitar 900 meter persegi dan areal situs mencapai 25 hektare.
Bangunan ini memiliki balok-balok yang berbentuk prismatik dengan ukuran beraneka ragam. Susunan balok batu berlapis tanah liat. Punden berundak situs terdiri dari lima teras yang dibangun berbeda-beda dengan ruangan tertentu di setiap terasnya. Dimana setiap teras juga memiliki makna berbeda-beda. Menghadap ke Gunung Gede, Propinsi Jawa Barat.
Diberi nama padang, sebab memiliki nuansa menerangkan atau sebuah bukit yang bercahaya. Pada bagian timur, para pengunjung dapat melihat fenomena sunrise yang menawan. Situs juga dikelilingi beberapa bukit atau gunung, antara lain Gunung Pasir Batu, Gunung Kencana, Gunung Pasir Pogoh, dan Gunung Pangrango.
Jalan atau rute ke arah situs tidaklah terlalu sulit. Jika dari Jakarta, para pengunjung bisa lewat jalur Puncak, Bogor, Jawa Barat, lalu mengarah ke jalan Warung Kondang, Cianjur, Jawa Barat, sebagai pintu masuk awal situs. Bila mau lewat Sukabumi tak kalah menarik, rutenya menuju perbatasan Cianjur, kemudian ke arah Cianjur Kota, lalu Warung Kondang.
Setelah Warung Kondang masuk jalur kecil, rute atau jalan ke situs tak begitu mulus. Terdapat kerikil-kerikil yang bakal dijumpai. Kondisi jalan yang rusak menjadi bagian yang tidak bisa dihindari dari jalur tersebut. Jalanan panjang dengan kerusakan itu berjarak 20 km. Letak situs terselip di balik bukit kawasan beberapa kecamatan.
Ketika sampai di pintu gerbang besar, tidak tampak ada fasilitas memadahi, selain kamar kecil buatan warga sekitar lokasi. Begitu naik, tampaklah bangunan pusat informasi situs yang terkesan masih baru, leaflet mengenai cerita situs pun tidak dijumpai. Cuma ada beberapa warung milik warga tanpa area penginapan layaknya kawasan wisata.
Sekarang, wisatawan-wisatawan dan para peneliti seringnya, menginap di rumah warga sekitar. Harga sewanya cukup terjangkau, ya... sesuai dengan kesepakatan bersama.
Sebelum menaiki anak tangga menuju situs, persis di sisi anak tangga pertama, ada Sumur Cikahuripan arah utara. Kata Cikahuripan berarti "air-kehidupan". Kualitas air dari sumur Cikahuripan masih terjaga. Sumur disangga dengan bebatuan alami.
Kata warga setempat, walaupun kemarau, namun air disana masih jernih dan debitnya cukup untuk menghidupi warga sekitar. "Air ini bisa langsung diminum kok, dijamin tak ada penyakit. Pernah diteliti juga," ucap Nanang, seorang juru pelihara Situs Gunung Padang.
Beberapa anak tangga asli yang menghubungkan loket masuk dengan teras pertama berjumlah 378 dengan panjang 185 m. Dengan kemiringan mencapai 40-60 derajat. Sobat peninggalan.com, di tahun 2004, beberapa bebatuan tangga itu pernah disusun ulang. "Sekitar 25 meter yang ke atas masih asli kok," ungkap Nanang. Untuk melihatnya, letak atau susunan asli dengan batuan tidak asli dapat dibedakan dengan melihat kelurusan tiap sisinya.
Baca Juga:
√ Lengkap Alat Musik Tradisional Kepulauan Riau Beserta Gambarnya
Dari kepercayaan warga sekitar, kegunaan atau fungsi utama Gunung Padang sebagai tempat beribadah pemeluk animisme. "Biasanya untuk acara keagamaan," ungkapnya.
Bukan itu saja, situs juga dijadikan tempat untuk pertemuan dan rapat masyarakat zaman dulu. "Sebab di sana ditemukan batu kursi dan ruangan, dan diperkirakan ada pertemuan dan rapat di sana," jelas Nanang
Belum ada Komentar untuk "Situs Gunung Padang, Sisa Peradaban Kuno di Indonesia "