Asal Usul, Kebudayaan dan Kesenian Suku Minangkabau
Suku Minang | Photo wikipedia.com |
Mengenal asal usul, kebudayaan, kesenian suku Minangkabau.
Minangkabau (Minang) adalah kelompok etnis Nusantara yang berbahasa dan
menjunjung adat Minangkabau. Wilayah kebudayaannya Minang meliputi
daerah Sumatera Barat, separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu,
bagian barat Jambi, pantai barat Sumatera Utara, barat daya Aceh, dan
juga Negeri Sembilan di Malaysia.
Sebutan
orang Minang seringkali disamakan sebagai orang Padang, hal ini merujuk
pada nama ibu kota provinsi Sumatera Barat yaitu kota Padang. Namun,
masyarakat ini biasanya akan menyebut kelompoknya dengan sebutan urang
awak, yang bermaksud sama dengan orang Minang itu sendiri.
Etnis
Minang juga telah menerapkan sistem proto-demokrasi sejak masa
pra-Hindu dengan adanya kerapatan adat untuk menentukan hal-hal penting
dan permasalahan hukum. Prinsip adat Minangkabau tertuang singkat dalam
pernyataan Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah(Adat
bersendikan hukum, hukum bersendikan Al-Qur'an) yang berarti adat
berlandaskan ajaran Islam.
Etnis
ini juga sangat menonjol di bidang perniagaan, sebagai profesional dan
intelektual. Mereka merupakan pewaris terhormat dari tradisi tua
Kerajaan Melayu dan Sriwijaya yang gemar berdagang dan dinamis. Hampir
separuh jumlah keseluruhan anggota masyarakat ini berada dalam
perantauan.
Asal usul
Nama
Minangkabau berasal dari dua kata, minang dan kabau. Nama itu dikaitkan
dengan suatu legenda khas Minang yang dikenal di dalam tambo. Dari
tambo yang diterima secara turun temurun, menceritakan bahwa nenek
moyang mereka berasal dari keturunan Iskandar Zulkarnain. Walau tambo
tersebut tidak tersusun secara sistematis dan lebih kepada legenda
berbanding fakta serta cendrung kepada sebuah karya sastra yang sudah
menjadi milik masyarakat banyak. Namun kisah tambo ini sedikit banyaknya
dapat dibandingkan dengan Sulalatus Salatin yang juga menceritakan
bagaimana masyarakat Minangkabau mengutus wakilnya untuk meminta Sang
Sapurba salah seorang keturunan Iskandar Zulkarnain tersebut untuk
menjadi raja mereka.
Baca Juga:
√ Lengkap 6 Alat Musik Tradisional Riau Beserta Gambarnya
Masyarakat
Minang merupakan bagian dari masyarakat Deutro Melayu (Melayu Muda)
yang melakukan migrasi dari daratan China Selatan ke pulau Sumatera
sekitar 2.500–2.000 tahun yang lalu. Diperkirakan kelompok masyarakat
ini masuk dari arah timur pulau Sumatera, menyusuri aliran sungai Kampar
sampai ke dataran tinggi yang disebut darek dan menjadi kampung halaman
orang Minangkabau. Beberapa kawasan darek ini kemudian membentuk
semacam konfederasi yang dikenal dengan nama luhak, yang selanjutnya
disebut juga dengan nama Luhak Nan Tigo, yang terdiri dari Luhak Limo
Puluah, Luhak Agam, dan Luhak Tanah Data. Pada masa pemerintahan
Hindia-Belanda, kawasan luhak tersebut menjadi daerah teritorial
pemerintahan yang disebut afdeling, dikepalai oleh seorang residen yang
oleh masyarakat Minangkabau disebut dengan nama Tuan Luhak.
Awalnya
penyebutan orang Minang belum dibedakan dengan orang Melayu, namun
sejak abad ke-19, penyebutan Minang dan Melayu mulai dibedakan melihat
budaya matrilineal yang tetap bertahan berbanding patrilineal yang
dianut oleh masyarakat Melayu umumnya. Kemudian pengelompokan ini terus
berlangsung demi kepentingan sensus penduduk maupun politik.
Agama
Agama
masyarakat Minang adalah agama Islam, dan jika terdapat masyarakatnya
keluar dari agama Islam, secara langsung yang bersangkutan juga dianggap
keluar dari masyarakat Minang, dalam istilahnya disebut "dibuang
sepanjang adat.
Adat dan budaya
Menurut
tambo, sistem adat Minangkabau pertama kali dicetuskan oleh dua orang
bersaudara, Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang. Datuk
Ketumanggungan mewariskan sistem adat Koto Piliang yang aristokratis,
sedangkan Datuk Perpatih mewariskan sistem adat Bodi Caniago yang
egaliter. Dalam perjalanannya, dua sistem adat yang dikenal dengan
kelarasan ini saling isi mengisi dan membentuk sistem masyarakat
Minangkabau.
Dalam
masyarakat Minangkabau, ada tiga pilar yang membangun dan menjaga
keutuhan budaya serta adat istiadat. Mereka adalah alim ulama, cerdik
pandai, dan ninik mamak, yang dikenal dengan istilah Tungku Tigo
Sajarangan. Ketiganya saling melengkapi dan bahu membahu dalam posisi
yang sama tingginya. Dalam masyarakat Minangkabau yang demokratis dan
egaliter, semua urusan masyarakat dimusyawarahkan oleh ketiga unsur itu
secara mufakat.
Matrilineal
Saat
ini masyarakat Minang merupakan masyarakat penganut matrilineal
terbesar di dunia. Matrilineal merupakan salah satu aspek utama dalam
mendefinisikan identitas masyarakat Minang. Adat dan budaya mereka
menempatkan pihak perempuan bertindak sebagai pewaris harta pusaka dan
kekerabatan. Garis keturunan dirujuk kepada ibu yang dikenal dengan
Samande (se-ibu), sedangkan ayah mereka disebut oleh masyarakat dengan
nama Sumando (ipar) dan diperlakukan sebagai tamu dalam keluarga.
Kaum
perempuan di Minangkabau memiliki kedudukan yang istimewa sehingga
dijuluki dengan Bundo Kanduang, memainkan peranan dalam menentukan
keberhasilan pelaksanaan keputusan-keputusan yang dibuat oleh kaum
lelaki dalam posisi mereka sebagai mamak (paman atau saudara dari pihak
ibu), dan penghulu (kepala suku). Pengaruh yang besar tersebut
menjadikan perempuan Minang disimbolkan sebagai Limpapeh Rumah Nan
Gadang (pilar utama rumah). Walau kekuasaan sangat dipengaruhi oleh
penguasaan terhadap aset ekonomi namun kaum lelaki dari keluarga pihak
perempuan tersebut masih tetap memegang otoritas atau memiliki
legitimasi kekuasaan pada komunitasnya.
Bahasa
Bahasa
Minangkabau termasuk salah satu anak cabang rumpun bahasa Austronesia.
Walaupun ada perbedaan pendapat mengenai hubungan bahasa Minangkabau
dengan bahasa Melayu, ada yang menganggap bahasa yang dituturkan
masyarakat ini sebagai bagian dari dialek Melayu, karena banyaknya
kesamaan kosakata dan bentuk tuturan di dalamnya, sementara yang lain
justru beranggapan bahasa ini merupakan bahasa mandiri yang berbeda
dengan Melayu serta ada juga yang menyebut bahasa Minangkabau merupakan
bahasa Proto-Melayu. Selain itu dalam masyarakat penutur bahasa Minang
itu sendiri juga sudah terdapat berbagai macam dialek bergantung kepada
daerahnya masing-masing.
Pengaruh
bahasa lain yang diserap ke dalam bahasa Minang umumnya dari Sanskerta,
Arab, Tamil, dan Persia. Kemudian kosakata Sanskerta dan Tamil yang
dijumpai pada beberapa prasasti di Minangkabau telah ditulis menggunakan
bermacam aksara di antaranya Dewanagari, Pallawa, danKawi. Menguatnya
Islam yang diterima secara luas juga mendorong masyarakatnya menggunakan
Abjad Jawi dalam penulisan sebelum berganti dengan Alfabet Latin.
Kesenian
Masyarakat
Minangkabau memiliki berbagai macam atraksi dan kesenian, seperti
tari-tarian yang biasa ditampilkan dalam pesta adat maupun perkawinan.
Di antara tari-tarian tersebut misalnya
- tari pasambahan
- tari piring
- Silek atau Silat Minangkabau .
- Tari randai.
Minangkabau
juga sangat menonjol dalam seni berkata-kata. Terdapat tiga genre seni
berkata-kata, yaitu pasambahan (persembahan), indang, dan salawat
dulang. Seni berkata-kata atau bersilat lidah, lebih mengedepankan kata
sindiran, kiasan, ibarat, alegori, metafora, dan aforisme. Dalam seni
berkata-kata seseorang diajarkan untuk mempertahankan kehormatan dan
harga diri, tanpa menggunakan senjata dan kontak fisik.
Olahraga
Beberapa pertandingan tradisional lainnya yang masih dilestarikan dan menjadi hiburan bagi masyarakat Minang antara lain :
- Pacuan Kuda
- lomba pacu jawi
- pacu itik
- sipak rago,atau nama lainnya sepak takraw.
Rumah adat
Rumah adat suku Minangkabau disebut dengan Rumah Gadang.
Perkawinan
Dalam prosesi perkawinan adat Minangkabau, biasa disebut baralek, mempunyai beberapa tahapan yang umum dilakukan yaitu :
- Maminang (meminang)
- Manjapuik marapulai (menjemput pengantin pria)
- Basandiang (bersanding di pelaminan).
Masakan khas
Masyarakat
Minang memiliki masakan khas yang populer dengan sebutan masakan
Padang, dan sangat digemari di Indonesia bahkan sampai mancanegara.
Salah satu masakan tradisional Minang yang terkenal adalah Rendang, yang
mendapat pengakuan dari seluruh dunia sebagai hidangan terlezat.
Masakan yang khas lainnya antara lain Asam Pedas, Soto Padang, Sate
Padang, dan Dendeng Balado.
Sosial kemasyarakatan
Persukuan
Suku
dalam tatanan Masyarakat Minangkabau merupakan basis dari organisasi
sosial, sekaligus tempat pertarungan kekuasaan yang fundamental.
Pengertian awal kata suku dalam Bahasa Minang dapat bermaksud satu
perempat, sehingga jika dikaitkan dengan pendirian suatu nagari di
Minangkabau, dapat dikatakan sempurna apabila telah terdiri dari
komposisi empat suku yang mendiami kawasan tersebut. Selanjutnya, setiap
suku dalam tradisi Minang, diurut dari garis keturunan yang sama dari
pihak ibu, dan diyakini berasal dari satu keturunan nenek moyang yang
sama.
Suku
terbagi-bagi ke dalam beberapa cabang keluarga yang lebih kecil atau
disebut payuang (payung). Adapun unit yang paling kecil setelah
sapayuang disebut saparuik. Sebuahparuik (perut) biasanya tinggal pada
sebuah Rumah Gadang secara bersama-sama.
Baca Juga:
√ Lengkap 5 Alat Musik Tradisional Betawi Beserta Gambarnya
Nagari
Daerah
Minangkabau terdiri atas banyak nagari. Nagari ini merupakan daerah
otonom dengan kekuasaan tertinggi di Minangkabau. Tidak ada kekuasaan
sosial dan politik lainnya yang dapat mencampuri adat di sebuah nagari.
Nagari yang berbeda akan mungkin sekali mempunyai tipikal adat yang
berbeda.
Tiap
nagari dipimpin oleh sebuah dewan yang terdiri dari pemimpin suku dari
semua suku yang ada di nagari tersebut. Dewan ini disebut dengan
Kerapatan Adat Nagari (KAN). Dari hasil musyawarah dan mufakat dalam
dewan inilah sebuah keputusan dan peraturan yang mengikat untuk nagari
itu dihasilkan.
Penghulu
Penghulu
atau biasa yang digelari dengan datuk, merupakan kepala kaum keluarga
yang diangkat oleh anggota keluarga untuk mengatur semua permasalahan
kaum. Penghulu biasanya seorang laki-laki yang terpilih di antara
anggota kaum laki-laki lainnya. Setiap kaum-keluarga akan memilih
seorang laki-laki yang pandai berbicara, bijaksana, dan memahami adat,
untuk menduduki posisi ini. Hal ini dikarenakan ia bertanggung jawab
mengurusi semua harta pusaka kaum, membimbing kemenakan, serta sebagai
wakil kaum dalam masyarakat nagari. Setiap penghulu berdiri sejajar
dengan penghulu lainnya, sehingga dalam rapat-rapat nagari semua suara
penghulu yang mewakili setiap kaum bernilai sama.
Kerajaan
Beberapa kerajaaan yang ada di wilayah Minangkabau antara lain :
- Kerajaan Dharmasraya
- Kerajaan Pagaruyung
- Kerajaan Inderapura.
Sumber referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Orang_Minang diakses tanggal 20 september 2014
Belum ada Komentar untuk "Asal Usul, Kebudayaan dan Kesenian Suku Minangkabau"