Tradisi Lompat Batu (Fahombo) Suku Nias Sumatera
Tradisi Fahombo (photo:wikipedia) |
Tradisi
Lompat Batu Suku Nias Sumatera. Anda masih mengingat uang kertas Rp.
1000 cetakan tahun 1992 yang bergambar seseorang sedang melompati batu?
Ternyata itu merupakan sebuah tradisi suku Nias. Tradisi tersebut
disebut dengan Fahombo, Hombo Batu atau dalam bahasa Indonesia "Lompat
Batu".
Maksud dari olah raga tradisi lompat batu
tersebut merupakan ritual pendewasaan Suku Nias. Selain sebagai sebuah
tradisi, ternyata juga menjadi objek wisata tradisional unik yang
teraneh hingga ke seluruh dunia. Batu yang akan dijadikan sebagai tempat
untuk dilompati disusun hingga mencapai 2 meter dengan ketebalan 40 cm.
Baca Juga:
Sejarah dan Asal Usul Rohingya di Myanmar dan Permasalahannya
Sejarah dan Makna Tradisi Lompat Batu
Dahulu,
pemuda suku Nias akan mencoba tradisi fahombo atau melompati batu
setinggi lebih dari 2 meter. Jika pemuda tersebut berhasil mereka akan
dianggap telah menjadi lelaki dewasa dan dapat bergabung sebagai
prajurit untuk berperang dan menikah.
Mereka mencoba
mempersiapkan diri untuk melakukan tradisi fahombo ini sejak usia 10
tahun, anak lelaki akan bersiap untuk melakukan giliran "fahombo".
Ritual fahombo ini sangat dianggap serius dalam adat Nias. Dengan
menggunakan busana penjuang suku Nias, mereka harus dapat melompati batu
tersebut untuk mendapatkan status kedewasaan. Jika berhasil mereka
menandakan bahwa mereka telah siap bertempur dan memikul tanggung jawab
sebagai laki-laki dewasa.
Di masa lampau, bagian atas
papan batu ditutupi dengan paku dan bambu runcing. Sehingga calon
pelompat akan melakukannya dengan serius. Secara taktis dalam
peperangan, tradisi fahombo ini juga berarti melatih prajurit muda untuk
tangkas dan gesit dalam melompati dinding pertahanan musuh mereka,
dengan obor di satu tangan dan pedang di malam hari.
Bentuk batu Fahombo
Bentuk
batu yang harus dilompati dalam fahombo seperti sebuah monumen piramida
dengan permukaan atas datar. Tingginya tidak kurang dari 2 meter,
dengan lebar 90 cm, dan panjang 60 cm.
Mereka yang akan melakukan
tradisi lompat batu juga harus mempelajari teknik mendarat. Karena jika
mendarat dalam posisi yang salah dapat menyebabkan cedera, baik itu
cedera otot ataupun patah tulang.
Baca Juga:
√ Artikel Ketoprak opera atau sandiwara yang berasal dari jawa
Sumber referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Fahombo diakses tanggal 18 agustus 2015
Belum ada Komentar untuk "Tradisi Lompat Batu (Fahombo) Suku Nias Sumatera"