Sejarah Asal Usul dan Peradaban Suku Mandar
wanita mandar dari kalangan ningrat | photo:wikipedia |
Sejarah Asal Usul dan Peradaban Suku Mandar Sulawesi Barat. Mandar merupakan
salah satu etnis suku yang mendiami provinsi Sulawesi Barat. Sebelum
terjadi pemekaran suku Mandar masuk dalam wilayah Sulawesi Selatan
bersama dengan etnis Bugis, Makassar, dan Toraja. Walaupun telah mekar
menjadi provinsi sendiri, secara historis dan kultural Mandar tetap
terikat dengan “sepupu-sepupu” serumpunnya di Sulawesi Selatan.
Sejarah
Arti Kata Mandar
Kata Mandar memiliki tiga arti yaitu :
1.
Mandar berasal dari konsep Sipamandar yang berarti saling kuat
menguatkan; penyebutan itu dalam pengembangan berubah penyebutannya
menjadi Mandar.
2. Kata Mandar dalam penuturan orang Balanipa berarti sungai
3.
Mandar berasal dari Bahasa Arab; Nadara-Yanduru-Nadra yang dalam
perkembangan kemudian terjadi perubahan artikulasi menjadi Mandar yang
berarti tempat yang jarang penduduknya.
Selain
itu, dalam buku dari H. Saharuddin, dijumpai keterangan tentang asal
kata Mandar yang berbeda. Menurut penulisnya, berdasarkan keterangan
dari A. Saiful Sinrang, kata Mandar berasal dari kata mandar yang
berarti “Cahaya”; sementara menurut Darwis Hamzah berasal dari kata
mandag yang berarti “Kuat”; selain itu ada pula yang berpendapat bahwa
penyebutan itu diambil berdasarkan nama Sungai Mandar yang bermuara di
pusat bekas Kerajaan Balanipa (Saharuddin, 1985:3). Sungai itu kini
lebih dikenal dengan nama Sungai Balangnipa. Namun demikian tampak
penulisnya menyatakan dengan jelas bahwa hal itu hanya diperkirakan
(digunakan kata mungkin). Hal ini tentu mengarahkan perhatian kita pada
adanya penyebutan Teluk Mandar dimana bermuara Sungai Balangnipa,
sehingga diperkirakan kemungkinan dahulunya dikenal dengan penyebutan
Sungai Mandar.
Bahasa
Bahasa
Mandar juga berasal dari rumpun bahasa Malayu Polinesia atau bahasa
Nusantara atau yang lebih acap disebut sebagai bahasa ibunya orang
Indonesia. Oleh Esser (1938) disebutkan, seperti yag dikutip Abdul
Muttalib dkk (1992), bahwa mandfarsche dialecten yang awal penggunaannya
berangkat dari daerah Binuang bagian utara Polewali hingga wilayah
Mamuju Utara daerah Karossa.
Hingga
kini belum jelas benar sejak kapan penggunaan bahasa Mandar dalam
keseharian orang Mandar. Namun dapat diduga, bahwa penggunaan bahasa
Mandar sendiri bersamaan lahirnya orang atau manusia pertama yang ada di
tanah Mandar. Hal yang lalu dapat dijadikan rujukan adalah adanya
bahasa Mandar yang telah digunakan dalam lontar Mandar sekitar abad
ke-15 M. Ibrahim Abas (1999).
Sehingga
kuat dugaan bahwa bahasa yang digunakan sistem pemerintahan dan
kemasyarakatan masa lalu di daerah Mandar telah menggunakan bahasa
Mandar, yang untuk itu dapat dicermati dalam beberapa lontar yang terbit
pada masa-masa pemerintahan kerajaan Mandar.
Area
penyebaran bahasa Mandar sendiri, hingga kini masih dengan mudah bisa
di temui penggunaannya di beberapa daerah di Mandar seperti, Polmas,
Mamasa, Majene, Mamuju dan Mamuju Utara. Kendati demikian di beberapa
tempat atau daerah di Mandar juga telah menggunakan bahasa lain, seperti
untuk Polmas di daerah Polewali juga dapat ditemui penggunaan bahasa
Bugis, sebagai bahasa Ibu dari etnis Bugis yang berdiam dan telah
menjadi to Mandar (orang Mandar-pen) di wilayah Mandar. Begitu pula di
Mamasa, menggunakan bahasa Mamasa, sebagai bahasa mereka yang memang di
dalamnya banyak ditemui perbedaannya dengan bahasa Mandar. Sementara di
daerah Wonomulyo, juga dapat ditemui banyak masyarakat yang menggunakan
bahasa Jawa, utamanya etnis Jawa yang tinggal dan juga telah menjadi to
Mandar di daerah tersebut. Kecuali di beberapa tempat di Mandar, seperti
Mamasa. Selain daerah Mandar-atau kini wilayah Provinsi Sulawesi
Barat-tersebut, bahasa Mandar juga dapat ditemukan penggunaannya di
komunitas masyarakat di daerah Ujung Lero Kabupaten Pinrang dan daerah
Tuppa Biring
Rumah Adat, Seni dan Kebudayaan serta Makanan Khas
Rumah
adat suku Mandar disebut Boyang. Perayaan-perayaan adat
diantaranya Sayyang Pattu'du (Kuda Menari), Passandeq (Mengarungi lautan
dengan cadik sandeq), Upacara adat suku Mandar di Kecamatan Pulau Laut
Selatan, Kabupaten Kota Baru, yaitu "mappando'esasi" (bermandi laut).
Makanan khas diantaranya Jepa, Pandeangang Peapi, Banggulung Tapa, dll.
Kerajaan Suku Mandar
Mandar
merupakan ikatan persatuan antara tujuh kerajaan di pesisir (Pitu
Ba’ba’na Binanga) dan tujuh kerajaan di gunung (Pitu Ulunna Salu).
Secara etnis Pitu Ulunna Salu atau yang biasa dikenal sebagai
Kondosapata tergolong ke dalam grup Toraja (Mamasa dan sebagian Mamuju),
sedangkan di Pitu Ba’ba’na Binanga sendiri terdapat ragam dialek serta
bahasa yang berlainan. Keempat belas kekuatan ini saling melengkapi,
“Sipamandar” (menguatkan) sebagai satu bangsa melalui perjanjian yang
disumpahkan oleh leluhur mereka di Allewuang Batu di Luyo.
Dahulu Suku Mandar terdiri atas 17 kerajaan yang terdiri dari 3 bagian yaitu :
1. Tujuh kerajaan yang tergabung dalam wilayah Persekutuan Pitu Ulunna Salu adalah :
- Kerajaan Rante Bulahang
- Kerajaan Aralle
- Kerajaan Tabulahang
- Kerajaan Mambi
- Kerajaan Matangnga
- Kerajaan Tabang
- Kerajaan Bambang
2. Tujuh kerajaan yang tergabung dalam wilayah Persekutuan Pitu Ba’bana Binanga adalah :
- Kerajaan Balanipa
- Kerajaan Sendana
- Kerajaan Banggae
- Kerajaan Pamboang
- Kerajaan Tapalang
- Kerajaan Mamuju
- Kerajaan Benuang
3. Kerajaan yang bergelar Kakaruanna Tiparittiqna Uhai atau wilayah Lembang Mapi adalah sebagai berikut :
- Kerajaan Alu
- Kerajaan Tuqbi
- Kerajaan Taramanuq
Di
kerajaan-kerajaan Hulu pandai akan kondisi pegunungan sedangkan
kerajaan-kerajaan Muara pandai akan kondisi lautan. Dengan batas-batas
sebelah selatan berbatasan dengan Kab. Pinrang, Sulawesi Selatan,
sebelah timur berbatasan dengan Kab. Toraja, Sulawesi Selatan, sebelah
utara berbatasan dengan Kota Palu, Sulawesi Tengah dan sebelah barat
dengan selat Makassar.
Baca Juga:
√ Artikel Tari Jonggan Tarian Tradisional Dari Kalimantan Barat
Sepanjang
sejarah kerajaan-kerajaan di Mandar, telah banyak melahirkan
tokoh-tokoh pejuang dalam mempertahankan tanah melawan
penjajahan VOC seperti: Imaga Daeng Rioso, Puatta i sa'adawang, Maradia
Banggae, Ammana iwewang, Andi Depu, Mara'dia Batulaya dll meskipun pada
akhirnya wilayah Mandar berhasil direbut oleh pemerintah VOC.
Sumber referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Mandar diakses tanggal 17 desember 2014
http://simbayoputras.wordpress.com/2013/01/11/mengenal-asal-mula-suku-mandar/ diakses tanggal 17 desember 2014
Belum ada Komentar untuk "Sejarah Asal Usul dan Peradaban Suku Mandar"