Artikel Sejarah Suku Bolaang Mongondow dan Kebudayaan - Sulawesi Utara
Wanita Mongondow tahun 1930 (wikipedia) |
Sejarah Suku Bolaang Mongondow dan Kebudayaan.
Suku Mongondow adalah sebuah etnis yang mendiami Kabupaten Bolaang
Mongondow Sulawesi Utara Gorontalo. Sebelum bergabung dengan kabupaten
Bolaang Mongondow, dahulu suku ini memiliki kerajaan yang
bernama Bolaang Mongondow. Dan pada tahun 1958 resmi bergabung ke dalam
Indonesia dan menjadi Kabupaten Bolaang Mongondow.
Asal usul kata Bolaang Mongondow
Secara
etimologi Bolaang Mongondow mempunyai makna kata tersendiri yaitu
nama Bolaang berasal dari kata "Bolango" atau "Balangon" yang artinya
Laut. Atau dengan istilah lain seperti "Bolaang" atau "Golaang" yang
artinya menjadi Terang atau Terbuka dan Tidak gelap. Sedangkan kata
mongondow berasal dari kata "momondow" yang artinya berseru tanda
kemenangan. Namun pengertian secara luasnya adalah kata bolaang atau
bolang adalah perkampungan yang ada di laut sedangkan Mongondow adalah
perkampungan yang ada di hutan atau gunung.
Baca Juga:
Penjelasan Terlengap Rumah Adat Aceh | Rumoh Aceh
Sejarah
Dari
cerita rakyat mengenai asal usul, masyarakat Mongondow mempercayai
bahwa mereka berasal dari nenek moyang mereka yakni dari pasangan
Gumalangit dan Tendeduata serta pasangan Tumotoiboko dan Tumotoibokat.
Menurutnya nenek moyang mereka tersebut tinggal di Gunung Komasan, yang
sekarang masuk ke dalam Bintauna. Keturunan dari kedua pasangan ini lah
yang kemudian menjadi suku Mongondow. Keberadaan suku ini sudah beredar
luas hingga keluar dari daerah asalnya seperti Tudu in Lombagin,
Buntalo, Pondoli’, Ginolantungan, Tudu in Passi, Tudu in Lolayan, Tudu
in Sia’, Tudu in Bumbungon, Mahag, Siniow, dan lain sebagainya.
Mata Pencaharian
Dahulu
mata pencaharian suku Mongondow adalah berburu, nelayan, mengolah sagu
dan mencari umbi di hutan dan belum mengenal cara bercocok tanam.
Pimpinan kelompok Masyarakat
Setiap
kelompok keluarga dari satu keturunan dipimpin oleh seorang bogani.
Bogani dipilih dengan persayratan tertentu dan bisa pria atau wanita.
Syaratnya adalah :
1. Memiliki kemampuan fisik, (kuat)
2. Berani
3. Bijaksana
4. Cerdas
5. Mempunyai tanggung jawab terhadap kesejahteraan kelompok dan keselamatan dari gangguan musuh.
Para
Bogani tidak sendiri dalam memimpin, mereka didampingi oleh para
tonawat. Tonawat merupakan orang yang mengetahui perbintangan, ahli
penyakit dan pengobatannya, dan juga bertugas sebagai penasehat
pimpinan. Mereka juga mengenal sistem gotong royong untuk menyelesaikan
tugas sejara bersama demi kesejahteraan kelompok.
Sistem kepercayaan
Pada
saat-saat tertentu para bogani akan berkumpul untuk melakukan
musyawarah. Mereka meyakini Yang maha kuasa dengan sebutan Ompu Duata
yang berkuasa atas segala sesuatu. Mereka biasanya mengadakan upacara
ritual sebelum mengerjakan pekerjaan besar seperti permulaan suatu
usaha, kegiatan atau pada saat upacara pengobatan. Mereka juga
selalu Mongompu (menyebut nama Ompu Duata) agar usaha yang mereka
lakukan berkenan dan dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa.
Dalam
kepercayaannya pantang bagi setiap anggota masyarakat untuk melakukan
hal-hal yang jahat, yang tidak berkenan kepada Ompu Duata. Mereka juga
memiliki peraturan yang harus dipatuhi. Jika ada yang melanggar akan
dikenakan sanksi antara lain dikucilkan atau disisihkan dari masyarakat.
Masa kerajaan
Pada
abad 13 para Bogani bersatu membentuk satu pemerintahan kerajaan bagi
suku mongondow yang bernama Bolaang yang bermakna lautan. Nama Bolaang
ini menandakan bahwa Kerajaan ini sebagai kerajaan maritime dan dari
hasil musyawarah dari para Bogani, mereka sepakat mengangkat Mokodoludut
sebagai raja Pertama kerajaan Bolaang.
Pada
abad 16 setelah kepergian Raja Mokodompit ke Siau dalam beberapa tahun
Kerajaan Bolaang Mongondow Kosong Kekuasaan apalagi pangeran Dodi
Mokoagow kandidat terkuat untuk calon Raja pengganti Mokodompit tewas
terbunuh dalam suatu insiden dengan suku alifuru di daerah pedalaman
manado. Dimasa ini Pemerintahan di ambil alih oleh seorang Bogani
Mulantud yang bernama Dou', setelah Putra raja Mokodompit yang tinggal
di Siau telah dewasa, Dia dilantik sebagai raja ke 7 Kerajaan Bolaang
Mongondow, Abo'(pangeran) ini bernama Tadohe /sadohe. Ibunya adalah
seorang Putri kerajaan Siau. Sejak pemerintahannya, sistem Pemerintahan
Kerajaan Bolaang Mongondow di tata Kembali. Pada tahun 1901, secara
administrasi daerah ini termasuk Onderafdeling Bolaang Mongondow yang
didalamnya termasuk Bintauna, Bolaang Uki, Kaidipang Besar dari Afdeling
Manado.
Di
zaman Raja Salmon Manoppo (1735-1764) terjadi pertentangan yang sengit
dengan pihak belanda dan berakhir raja salmon di tawan dan di buang ke
Tanjung harapan di Afrika Selatan. Kejadian ini memicu protes besar yang
di lakukan oleh suku mongondow, sehingga Belanda pun akhirya
mengembalikan Raja Bolaang. Dan sejak itulah nama Kerajaan Bolaang di
tambahkan dengan nama suku empunya kerajaan Bolaang ini hingga menjadi
Bolaang Mongondow sampai sekarang.
Kerajaan
ini resmi berakhir pada tanggal 1 juli 1950. Saat itu Raja Tuang Henny
Yusuf Cornelius Manoppo mengundurkan diri dan menyatakan bergabung
dengan Negara Kesatuan Repoblik Indonesia. Sekarang ini nama Mongondow
di maknai sebagai daerah pegunungan dan Bolaang sebagai daerah Pesisir.
Masuknya Agama dan Pendidikan
Raja
Bolaang Mongondow yang pertama mendapatkan pendidikan adalah Raja
Jakobus Manoppo. Waktu itu ia dibawa oleh pedagang V.O.C. melalui
persetujuan ayahnya raja Loloda Mokoagow (datu Binagkang). Jakobus
Manoppo kemudian menjadi raja ke-10 yang memerintah pada tahun
1691-1720, yang diangkat oleh V.O.C. Namun pengangkatan ini tidak
direstui oleh ayahnya. Saat dilantik Jakobus Manoppo menjadi raja
beragama Roma Katolik.
Agama
islam masuk pada zaman pemerintahan raja Cornelius Manoppo, raja ke-16
(1832), melalui Gorontalo. Syarif Aloewi lah yang membawa ajaran islam
kesana. Ia mengawini putri raja tahun 1866. Karena keluarga kerajaan
sebelum raja Cornelius Manoppo telah memeluk agama Islam, maka agama
islam dianggap sebagai agama raja, sehingga sebagian besar
penduduk Bolaang Mongondow memeluk agama Islam juga telah turut
memengaruhi perkembangan kebudayaan dalam beberapa segi kehidupan
masyarakat.
Masuknya
agama dan pendidikan telah merubah sistem kehidupan sosial budaya
antara lain : tentang cara pengelolaan tanah pertanian (mulai mengenal
penanaman padi di sawah), adat kebiasaan, pernikahan, kematian,
pembangunan rumah, pengaturan saran perhubungan, media komunikasi dan
lain-lain sebgainya.
Rumah Adat
Rumah
tempat tinggal di Bolaang Mongondow berbentuk rumah panggung dengan
sebuah tangga di depan dan sebuah di belakang. Dengan adanya pengaruh
luar, maka bentuk rumahpun sudah berubah. Kehidupan sosial budaya
masyarakat yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan pembangunan
sekarang ini, banyak yang telah berubah. Namun budaya daerah yang masih
mengandung nilai-nilai luhur yang dapat menunjang pembangunan fisik
material dan mental spiritual, masih tetap dipelihara dan dilestarikan.
Sub Suku
Suku Mongondow terdiri dari beberapa anak suku yaitu:
1. Bolaang Mongondow
2. Bolaang Uki
3. Kaidipang Besar
4. Bintauna.
Bahasa
Suku
Mongondow menggunakan bahasa Mongondow, bahasa Bolango dan bahasa
Bintauna. Bahasa-bahasa ini masuk kedalam Rumpun bahasa Filipina,
bersama dengan Bahasa Gorontalo, Bahasa Minahasa dan Bahasa Sangir.
Selain itu, Suku Mongondow juga menggunakan Bahasa Melayu Manado untuk
berkomunikasi dengan masyarakat Sulawesi Utara lainnya.
Baca Juga:
Sejarah dan Asal Usul Suku Lingon Bermata Biru Asal Halmahera
Alat Musik
Dari
sekian banyak musik tradisional yang pernah dikenal di daerah ini,
banyak yang telah punah dan tidak pernah lagi dimainkan. Ada musik
instrumental yang berasal dari luar daerah yang juga telah merakyat
seolah-olah musik asli daerah, misalnya : gambus, rebana, kulintang dan
lain-lain. Alat musik tradisional sebagai permainan rakyat, antara lain :
1. Kantung
2. Rababo
3.Tantabua
4. Bansi' atau tualing
5. Oli-oli'
6. Dadalo'
7. Bolontung
8. Gimbal
9. Gandang
10. Gulintang
11. Kulintang
Seni Tari
Tari Tayo
Tari Joke'
Tari Mosau
Tari Rongko atau tari ragai
Sumber referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Mongondow diakases tanggal 5 Mei 2015
http://suaratotabuan.blogspot.com/p/mengenal-bolaang-mongondow.html diakses tanggal 5 Mei 2015
Belum ada Komentar untuk "Artikel Sejarah Suku Bolaang Mongondow dan Kebudayaan - Sulawesi Utara"