Rumah Adat Bali yang Menawan (Karakter dan Filosofi )
Bali terkenal sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang masih kental dengan budaya dan ciri khasnya sampai dengan sekarang. Rumahadat bali adalah
salah satu daya tarik provinsi ini sehingga begitu banyak orang dari
berbagai daerah bahkan mancanegara berkunjung. Bali terdiri dari
berbagai pulau. Pulau yang paling terkenal diantaranya adalah Pulau Nusa
Penida, Pulau Bali, Pulau Serangan, Pulau Lembongan dan masih banyak
yang lainnya. Bali memiliki rumah adat yang dikenal dengan nama Gapura
Candi Bentar. Rumah adat tersebut dibangun dengan arsitektur yang sangat
unik dan menarik. Dimana terdapat dua bangunan candi cantik yang
diletakkan di gerbang utama dengan posisi sejajar. Candi ini dibuat
sebagai pintu masuk halaman rumah. Biasanya, gerbang candi ini memang
dibuat untuk pintu masuk Pura sebagai tempat beribadah umat Hindu. Tak
hanya candi, gapura rumah khas Bali juga memiliki patung sebagai ciri khas dan lambang adat budaya Bali.
Pada
dasarnya, rumah adat khas Bali merupakan sebuah bangunan dengan bentuk
segiempat. Di dalam bangunan tersebut, ada beberapa bangunan dengan
fungsi yang berbeda-beda. Rumah adat bali
kelilingi pagar atau tembok yang memisahkannya dari lingkungan luar.
Tembok batas ini dikenal dengan nama Panyengker karang. Rumah khas Bali
memiliki filosofi tersendiri dalam pembangunannya. Baik dari segi tata
bangunan, tata letak ataupun tata cara. Aturan pembuatan rumah Bali
didasarkan pada aturan dan syarat yang tertulis di kitab suci Weda.
Syarat pembangunan rumah adat tersebut diberi nama Asta Kosala Kosali.
Baca Juga:
√ Artikel Ketoprak opera atau sandiwara yang berasal dari jawa
Sekedar
informasi, Asta Kosala Kosali adalah tata cara dalam membangun rumah
Bali yang didasarkan pada anatomi tubuh si pemilik rumah. Ukuran yang
digunakan untuk membuat rumah tidak dalam satuan meter. Tapi saturan Hasta, Amusti, dan Depa. Dimana pengukurannya tersebut menggunakan tubuh pemiliknya.
Filosofi Asta Kosala Kosali dalam Rumah adatbali pada
dasarnya adalah yaitu terbangunnya kedinamisan dan keselarasan yang
terjalin dalam hidup jika suatu hubungan mencapai keharmonisan dan
kedamaian terhadap Tri Hita Karana yaitu pelemahan atau lingkungan,
parahyangan atau spiritual dan pawongan atau si pemilik rumah. Asta
Kosala Kosali juga menjadi patokan dalam menentukan arah dan sudut
rumah. Sudut utara sampai timur merupakan area yang suci sehingga
biasanya dijadikan sebagai tempat pura. Sementara sudut selatan hingga
barat umumnya dipakai untuk membuat dapur.
Konstruksi Rumah adat bali
diusung dengan konsep Tri Angga yang ada di dalam agama Hindu. Karena
seperti yang diketahui bahwa mayoritas masyarakat Bali beragama Hindu.
Tri Angga adalah konsep tingkatan yang terdiri dari Utama, Madya dan
Nista. Utama dianalogikan sebagai atam rumah karena merupakan simbol
bangunan atas. Madya adalah bagian tengah bangunan seperti pintu,
dinding dan jendela. Sementara Nista adalah bagian dasar dalam bangunan
yang berperan sebagai penopang.
Jika dilihat dari segi geografis, bisa diketahui bahwa Rumah adat bali yang berada di dataran
tinggi berbeda dengan yang ada di dataran rendah. Rumah adat yang ada
di dataran tinggi biasanya hanya dibuat dengan tiga bangunan yakni bale
meten (hunian), tempat suci dan bale delod. Udara yang dingin membuat
rumah adat ini didesain dengan atap yang rendah. Dengan begitu, ventilasinya
akan lebih sedikit sehingga bagian dalam rumah tetap terasa hangat.
Sedangkan rumah adat yang lokasinya berada di dataran rendah biasanya
memiliki banyak ruang terbuka. Halamannya juga luas dengan atap yang
tinggi.
Dalam membuat Rumah adat bali,
proses pembangunan biasanya diawali dan diakhiri dengan ritual atau
upacara. Setelah melakukan proses pengukuran tanah atau nyikut karang,
proses selanjutnya adalah ritual persembahan untuk meminta izin dalam
hal membangun rumah. Selanjutnya adalah upacara dalam peletakkan batuan
pertama. Rumah adat khas Bali dibuat dengan warna yang sejuk dan
natural.
Dominasi
warnanya adalah merah bata, krem dan coklat sehingga tidak begitu
mencolok dan terkesan alami. Saat melihat rumah Bali, bagian terpenting
yang tidak bisa dilepaskan adalah ukiran-ukiran dan patungnya yang
eksotis. Patung dan ukiran tersebut adalah simbol dari penyampaian
komunikasi dan keindahan serta keyakinan masyarakat Bali terhadap sang
pencipta. Rumah adat bali terdiri dari beberapa bangunan. Apa saja bangunan tersebut dan bagaimana bentuknya? Inilah ulasan lengkapnya.
- Aling – aling
Rumah adat bali memiliki
tembok sekat dengan nama aling-aling. Tembok ini dibuat dari batu
dengan tinggi kurang lebih 150cm. Tembok tersebut membatasi tempat suci
atau pekarangan rumah dengan gerbang pintu luar. Fungsi adanya
aling-aling adalah agar pemilik rumah memiliki ruang yang privacy.
- Angkul-angkul
Selanjutnya
adalah Angkul – angkul yang merupakan satu-satunya pintu masuk untuk
bisa masuk ke dalam rumah. Fungsi angkul-angkul adalah sebagai gapura
tempat jalan masuk. Jika dilihat, bentuknya hampir serupa dengan Gerbang
Candi Bentar yang ada di Pura. Hanya saja, angkul-angkul mempunyai
atap yang sengaja dibuat untuk menghubungkan kedua sisinya. Penghubung
tersebut dibuat dari rumput kering dan berbentuk piramida.
- Bale Meten
Bale
Meten adalah ruang tidur yang diperuntukkan bagi anak gadis atau kepala
keluarga. Ruangan ini dibuat di rumah bagian utara. Bentuknya persegi
panjang. Bale Meten biasanya menggunakan kayu untuk tiangnya.
- Pamerajan atau Sanggah
Bangunan
selanjutnya adalah tempat suci untuk para penghuni rumah melakukan
kegiatan berdoa dan sembahyang. Letak ruangan ini ada di bagian timur
laut.
- Bale Sakepat
Dalam Rumah adat bali,
Bale Sakepat adalah bangunan terbuka yang dibuat dengan empat tiang.
Ruangan ini dipakai untuk kamar tidur anak atau paviliun di Selatan.
Biasanya, tempat ini juga digunakan untuk seluruh anggota keluarga
bersantai.
- Bale Dauh
Khusus
untuk menerima tamu, masyarakat Bali biasanya menyediakan tempat yang
dikenal dengan nama Bale Loji. Ada juga yang menggunakan Bale Dauh
sebagai tempat tidur anak yang sudah beranjak remaja. Bale Dauh dibuat
dari tiang kayu.
- Pawaregan atau Paon
Pawaregan
atau Paon adalah dapur yang digunakan untuk memasak makanan. Paon di
dalam rumah Bali umumnya dibagi menjadi dua. Pertama adalah ruang
terbuka untuk menyimpan alat-alat dapur dan makanan. Kedua adalah
ruangan untuk memanggang masakan dengan kayu api. Karena seperti yang
diketahui bahwa sampai dengan saat ini pun banyak rumah di Bali yang
masih menggunakan kayu api untuk memasak.
- Jineng
Dalam
rumah adat Bali, terdapat Jineng yang dijadikan sebagai gudang tempat
penyimpanan beras atau lumbung padi. Ruangan bernama Jineng ini bisanya
dibuat dekat dengan dapur. Ruangan ini dibagi menjadi dua bale yakni
bale atas untuk padi yang sudah kering dan bale bawah padi yang masih
basah.
- Bale Dangin
Bale Dangin digunakan untuk upacara adat penghuni rumah. Bangunan ini dibuat lebih tinggi setelah Bale Meten.
Belum ada Komentar untuk "Rumah Adat Bali yang Menawan (Karakter dan Filosofi )"