Lengkap Beserta Penjelasan Rumah Adat DKI Jakarta Rumah Kebaya
Rumah adat DKI Jakarta merupakan rumah adat betawi,
yaitu penduduk pribumi jakarta dimana kata betawi berasal dari kata
Batavia. Provinsi DKI Jakarta atau Daerah Khusus Ibukota Jakarta
merupakan ibu kota negara Republik Indonesia. Secara administratif DKI
Jakarta dibagi menjadi beberapa wilayah, diantaranya Jakarta Selatan,
Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Utara serta
kepulauan seribu dengan status kabupaten. Posisi Provinsi DKI Jakarta
berada di pesisir bagian barat laut Pulau Jawa yang berbatasan dengan
Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi di sebelah
timur, Kota Depok Provinsi Jawa Barat di sebelah selatan dan dengan
Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Provinsi Banten di sebelah barat.
Bila dilihat melalui konstruksi bangunannya, terdapat empat jenis rumah adat betawi, yaitu rumah bapang / rumah kebaya, rumah gudang, rumah joglo, dan rumah panggung. Adanya beberapa jenis rumah adat ini dikarenakan adanya perbedaan kawasan atau letak geografis tempat tinggal dari suku betawi dan juga pengaruh dari adanya akulturasi kebudayaan betawi dengan suku dari provinsi lain. Walaupun terdiri dari beberapa jenis, namun rumah adat Betawi yang diakui atau resmi tercatat hanya satu yaitu Rumah Bapang atau Rumah Kebaya.
Bila dilihat melalui konstruksi bangunannya, terdapat empat jenis rumah adat betawi, yaitu rumah bapang / rumah kebaya, rumah gudang, rumah joglo, dan rumah panggung. Adanya beberapa jenis rumah adat ini dikarenakan adanya perbedaan kawasan atau letak geografis tempat tinggal dari suku betawi dan juga pengaruh dari adanya akulturasi kebudayaan betawi dengan suku dari provinsi lain. Walaupun terdiri dari beberapa jenis, namun rumah adat Betawi yang diakui atau resmi tercatat hanya satu yaitu Rumah Bapang atau Rumah Kebaya.
Rumah Kebaya / Rumah Bapang
Julukan
Kebaya pada rumah Kebaya disematkan karena memiliki atap rumah seperti
pelana yang dilipat dan bila diperhatikan dari sisi samping maka akan
terlihat seperti lipatan kebaya. Rumah kebaya identik dengan teras yang
luas yang diisi oleh meja dan kursi kayu serta dikelilingi oleh pagar
yang rendah atau langkan. Biasanya teras yang luas ini dimanfaatkan
untuk menerima tamu yang datang kapan saja serta menjadi tempat
bersantai keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa suku betawi dalam membuat
hunian selalu berpegang pada konsep kekeluargaan, keterbukaan, keramahan
serta hubungan sesama warga yang harmonis. Rumah adat ini biasanya
dibangun di atas tanah berbentuk kubus dengan posisi lantai rumah yang
ditinggikan dari dasar tanah dan sebagai penghubung dengan tanah dibuat
anaktangga maksimal 3 buah.
Area umum atau public terletak di bagian depan. Area ini terbuka untuk dimasuki oleh siapa saja atau diprioritaskan untuk tamu. Area ini terdiri dari beberapa bagian yaitu Amben, Gejogan dan Paseban. Amben adalah sebutan untuk bale panjang yang dibuat dari bahan kayu jati dan diletakkan di teras depan bersama dengan kursi-kursi dan meja. Amben disediakan untuk menerima tamu dan penghuni rumah untuk bersantai. Gejogan adalah sebutan untuk lantai halaman depan. Bentuk penghormatan untuk para tamu salah satunya adalah dengan selalu menjaga kebersihannya setiap hari. Selain untuk kenyamanan para tamu, kebersihan gejogan selalu dijaga karena pada teras terdapat balaksuji, yaitu tangga yang dikeramatkan oleh suku betawi. Balak artinya bencana sedangkan suji artinya penyejuk, sehingga balak suji dapat diartikan sebagai penyejuk yang dapat menghalangi bencana dalam kehidupan penghuninya. Balaksuji ini merupakan penghubung lantai rumah dengan halaman. Sedangkan paseban adalah sebutan untuk kamar tamu. Kamar tamu digunakan bila ada tamu atau saudara yang menginap pada saat berkunjung, biasanya bila kosong ruangan ini akan dimanfaatkan sebagai mushola.
Area
pribadi terletak dibagian tengah. Area ini diperuntukkan bagi penghuni
rumah. Area ini pun terbagi menjadi dua bagian, yaitu Pangkeng dan ruang
tidur. Pangkeng adalah sebutan untuk ruang keluarga yang dibatasi oleh
dinding-dinding kamar. Ruang ini digunakan untuk berkumpul sesama
penghuni rumah pada malam hari. Sedangkan ruang tidur dikhususkan
sebagai tempat untuk tidur dan istirahat melepas lelah. Umumnya setiap
rumah memiliki ruang tidur sekitar 4 kamar.
Area terakhir adalah area servis yang terletak dibagian belakang. Biasanya bagian ini digunakan sebagai Srondoyan
atau dapur, yaitu tempat dilakukan kegiatan memasak dan didalamnya
biasanya tersedia ruang makan. Selain itu penempatan kamar mandi dan
gudang pun biasanya berada di area ini.
Akulturasi
dari budaya sunda dan jawa serta pengaruh pendatang dari arab, cina dan
eropa menjadikan rumah adat betawi kaya akan keanekaragaman dengan
konstruksi bangunan dan desainnya yang menarik. Atap sebagai ciri khas
rumah kebaya memiliki bentuk yang bervariasi mengikuti arah pandangnya,
secara umum atapnya serupa lipatan kebaya, namun bila diperhatikan dari
samping memiliki bentuk segitiga, dan bila diperhatikan dari sisi depan
terlihat seperti trapesium. Adapun yang mendeskripsikannya seperti
pelana yang menurun. Bahan utama atap biasanya dari tanah atau anyaman
daun kirai.
Untuk
pondasinya, rumah adat kebaya menggunakan batu alam atau batu kali yang
disusun seperti umpak. Fungsinya untuk menopang pilar-pilar atau tiang
pada setiap kolom.
Karena
bahan utama pembentuk rumah kebaya berasal dari kayu, maka bahan
dinding pun terbuat dari kayu, yaitu kayu nangka. Biasanya dipakai untuk
dinding depan rumah yang dicat dengan warna mencolok, sedangkan untuk
bagian lainnya memakai anyaman bambu saja ataupun dengan campuran
dinding semen. Uniknya, dinding bagian depan biasanya bisa dilepas dan
dipasang kembali. Hal ini dilakukan untuk memperluas ruangan bila
diadakan acara pernikahan atau acara lainnya.
Baca Juga:
√ Artikel Tari Piring Kesenian Tradisional Minangkabau
Rumah
kebaya lantainya umumnya ditinggikan sedikit dari dasar tanah. Hal ini
dilakukan untuk menghalangi agar air tidak masuk ke dalam rumah. Bahan
yang digunakan sebagai lantai pun biasanya hanya dari tanah saja. Namun
adanya pengaruh dari bangunan Belanda menyebabkan penggunaan ubin semen
pada lantai rumah dan penggunaan batubata yang terhubung dengan dinding
ataupun tiang.
Keunikan
rumah kebaya bukan hanya terletak pada konstruksi bangunannya saja.
Pintu, jendela dan pagarnya pun memiliki bentuk yang menarik disertai
bermacam-macam ornament etnik yang menjadi ciri khas rumah kebaya. Rumah
ini memiliki pintu jalusi horizontal berukuran besar yaitu pintu yang
mempunyai system ventilasi atau pertukaran udara. Pintunya terdiri dari
dua daun pintu dan berukuran besar.
Bentuk
jendelanya pun bervariasi dan memiliki system ventilasi juga. Ada yang
disebut jendela bulat dan jendela intip. Jendela bulat biasanya
diletakkan di bagian samping kanan dan kiri ruang depan. Sedangkan
jendela intip diletakkan di bagian kanan kiri pintu masuk untuk melihat
dari dalam bila ada tamu yang datang. Selain itu terdapat teras yang
luas dan lebar pada rumah kebaya yang sekelilingnya dibatasi oleh pagar
kayu yang disebut langkan.
Hampir
setiap sudut rumah adat betawi termasuk rumah kebaya dipenuhi dengan
ornament-ornamen yang menjadi identitas rumah adat diantaranya gigi
balang dan banji. Selain sebagai pemanis, ornament juga memiliki arti
tertentu yang mendeskripsikan kebudayaan suku betawi. Keberadaan
ornament ini dipengaruhi oleh kebudayaan-kebudayaan dari para pendatang.
Ornament yang paling menonjol yaitu gigi balang pada lipslank rumah.
Gigi balang merupakan papan kayu yang berjejer berwujud segitiga yang
bila dilihat seperti gigi pada belalang yang biasanya diletakkan di atap
rumah. Ornament ini sebagai symbol suku betawi yang konsisten menjalani
kehidupan dengan memegang teguh kejujuran, kerja keras, rajin, dan
sabar seperti belalang yang mampu mematahkan kayu walaupun membutuhkan
waktu lama. Keberadaan ornament ini merupakan pengaruh dari kebudayaan
Melayu.
Ornament
banji mempunyai bentuk segiempat, yaitu pengembangan dari ornament
dasar swastika sebagai pengaruh dari kebudayaan hindu. Ornament ini
biasanya mengandung unsur tumbuhan, seperti bunga melati, bunga tapak
dara, bungana cempaka dan bunga matahari yang memiliki makna tersendiri
seperti bunga matahari yang memiliki mak sumber kehidupan dan terang
sehingga diharapkan penghuni rumah memiliki pola pikir dan jiwa raga
yang terang agar menjadi panutan bagi penghuni sekitarnya.
Rumah Gudang
Rumah
gudang merupakan rumah adat betawi orisinil yaitu belum terjamah
pengaruh kebudayaan lain. Hal itu terjadi karena posisinya berada di
daerah terpencil sehingga keberadaannya sekarang sangat sulit ditemukan,
tidak seperti rumah adat betawi lainnya. Rumah ini memiliki pola
persegi panjang dengan ukuran bervariasi tergantung kondisi alam
sekitarnya.
Rumah
ini memiliki atap menyerupai pelana kuda atau tameng (perisai) dan
sebuah atap kecil di sisi depan rumah dengan posisi melandai yang sering
disebut topi/dak/markis. Atap depan ini diberikan untuk memberikan
kenyamanan untuk penghuninya pada bagian teras rumah karena dapat
menghalangi panas cahaya dan juga menghalangi masuknya air hujan.
Berikut ini gambar replica rumah gudang yang terdapat di kawasan budaya
betawi di setu babakan Jakarta selatan.
Tidak
seperti rumah kebaya yang membagi rumah menjadi tiga area, rumah gudang
hanya dibagi menjadi dua area saja, yaitu area depan dan area tengah.
Hal ini dilakukan karena lahan rumah yang dimiliki tidak mencukupi
sehingga area belakang menyatu dengan area tengah. Persamaan yang
dimiliki kedua rumah adat ini yaitu area depan yang luas yang
dimanfaatkan untuk menerima tamu. Sedangkan ruang tengah dimanfaatkan
untuk ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur dan kebutuhan lainnya.
Rumah Joglo
Sesuai namanya, rumah joglo betawi merupakan salah satu rumah adat Jakarta yang bangunannya terinspirasi dari rumah adat Jawa yang dibawa oleh para pendatang dari Jawa. Rumah joglo betawi sekilas terlihat sama persis seperti rumah joglo jawa. Akan tetapi sebenarnya hanya atapnya yang menyerupai dan sebagian kecil bangunan rumah.Denah, tiang penopang atap, dan struktur pada rumah joglo betawi memiliki bentuk yang tidak jelas seperti pada rumah Joglo Jawa. Walaupun mempunyai denah bujur sangkar akan tetapi bagian yang membuatnya seperti rumah joglo adalah suatu dari bagian segi empat yang pada salah satu garis panjangnya terdapat dari kiri ke kanan pada bagian ruang depan rumah tersebut. Jumlah pintunya berbeda dimana mayoritas rumah joglo memiliki tiga pintu. Rumah joglo juga dibagi menjadi tiga area seperti pada rumah kebaya dengan penggunaan yang sama untuk setiap area.
Rumah Panggung
Rumah adat betawi yang terakhir yaitu rumah panggung. Rumah panggung biasanya dibangun oleh suku betawi yang tinggal di pesisir pantai yang umumnya berprofesi sebagai nelayan. Kondisi alam lah yang menyebabkan dibangunnya rumah kolong atau rumah panggung ini yaitu untuk menghindari masuknya datangnya ombak tinggi.Rumah panggung betawi ini terbuat dari bahan kayu atau bamboo dengan tinggi sekitar 0,5 – 1 m dari dasar tanah. Di beberapa tempat bahkan ada yang mencapai 1,8 m dari dasar tanah. Rumah panggung ini ditopang oleh banyak tiang sesuai dengan panjang dan lebar bangunannya.
Seperti pada rumah kebaya, pada rumah panggung pun terdapat tangga yang dinamakan balaksuji, hanya saja jumlah anak tangganya lebih banyak karena ketinggiannya. Selain untuk menghindari ombak, bagian kolong rumah panggung juga berfungsi untuk tempat resapan air dari sisa laut yang menggenang.
Baca Juga:
Belum ada Komentar untuk "Lengkap Beserta Penjelasan Rumah Adat DKI Jakarta Rumah Kebaya"