√ Sipaha Lima Tradisi Masyarakat Batak Di Sumatera Utara Beserta Penjelasannya
Sipaha Lima adalah salah satu ritual atau
upacara suci dalam tradisi masyarakat suku Batak di Sumatera Utara, khususnya
bagi mereka yang menganut kepercayaan Malim
(Permalim).
Tradisi Sipaha Lima ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas apa yang
mereka dapatkan kepada sang pencipta. Tradisi ini biasanya dilaksanakan setahun
sekali sesuai dengan kalender masyarakat Batak.
Sejarah Tradisi Sipaha Lima
Menurut beberapa
sumber sejarah yang ada, tradisi ini sudah dilakukan para penganut Permalim
sejak ribuan tahun yang lalu. Kepercayaan Permalim sendiri merupakan
kepercayaan asli masyarakat Batak pada zaman dahulu. Menurut sejarahnya Tradisi
Sipaha Lima ini awalnya diperkenalkan oleh Raja
Sisingamangaraja XII. Selain sebagai salah satu pahlawan dan pemimpin
masyarakat Batak, beliau juga merupakan penganut kepercayaan Malim.
Karena pada
saat itu penganut Permalim masih menyebar diberbagai tempat, Kemudian Raja Sisingamangaraja XII memberikan
titah kepada Raja Mulia Naipospos
untuk melembagakan ajaran dan kepercayaan tersebut agar para penganutnya dapat
berkumpul bersama dan memiliki identitas yang jelas, salah satunya dengan Sipaha
Lima ini.
Fungsi Dan Makna Tradisi Sipaha Lima
Tradisi
Sipaha Lima ini dilakukan masyarakat Batak, khususnya para penganut keparcayaan
Permalim sebagai ungkapan rasa syukur kepada sang pencipta atas apa yang mereka
dapatkan. Selain itu, tradisi ini juga dilakukan untuk menghormati para leluhur.
Bagi mereka, Tradisi Sipaha Lima ini dimaknai sebagai upacara sakral dan penuh
kebersamaan. Hal tersebut juga sangat terlihat dari berbagai prosesi yang
dilakukan dalam acara tersebut.
Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Seperti
yang dijelaskan sebelumnya, tradisi ini biasanya dilakukan setahun sekali pada
bulan ke lima, sesuai dengan kalender Batak. Sedangkan tempat pelaksanaan Tradisi
Sipaha Lima ini biasanya digelar di Bale Pasogit
Desa Huta tinggi, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara,
yang menjadi tempat pusat penganut kepercayaan Permalim. Bagi penganut Permalim, Bale Pasogit (balai asal-usul) sendiri merupakan Huta Nabadia (tanah suci).
Pelaksanaan Tradisi Sipaha Lima
Pelaksanaan
Tradisi Sipaha Lima ini biasanya dilangsungkan dalam beberapa tahap utama, di antaranya,
persahadatan (ikrar dan doa),
pemberian persembahan (pameleon), dan
panantion (pemberian nasehat-nasehat).
Tahapan-tahapan tersebut biasanya dilaksanakan lebih dari satu hari, bahkan
juga bisa sampai 2-3 hari.
Sebelum
mengikuti upacara tersebut, mereka diwajibkan melakukan beberapa persiapan. Karena
tradisi ini bersifat sakral dan suci, sehingga ada beberapa persiapan yang
harus dilakukan, sesuai dengan ajaran dan ketentuan yang berlaku. Selain itu
untuk mengikuti acara ini, mereka juga
diwajibkan untuk berpakaian adat, lengkap dengan ulos khas Batak.
Gambar 1 : Upacara Sipaha Lima |
Dalam
pelaksanaan tersebut, pertama dibuka dengan prosesi persahadatan. Dalam prosesi
tersebut biasanya dilakukan dengan
memanjatkan doa-doa dan ikrar kepada sang pencipta agar diberikan kelancaran
saat berjalannya acara. Selain itu mereka juga tidak lupa memanjatkan doa-doa
kepada leluhur, serta para pemimpin mereka terdahulu. Dalam prosesi tersebut
biasanya dipimpin oleh pemimpin agama yang disebut dengan Ihutan. Setelah itu, biasanya akan dilanjutkan dengan tari tor-tor
yang menjadi ciri khas Batak dan diiringi oleh music tradisional hingga
selesai.
Ke esokan
harinya acara berlanjut dengan prosesi penyembelihan kerbau (horbo sakti) dan pemberian persembahan.
Persembahan yang diberikan biasanya terdiri dari beberapa masakan khas Batak,
termasuk kerbau yang sudah disembelih dan dimasak tersebut. Namun sebelum
digunakan, persembahan tersebut tentunya harus disucikan terlebih dahulu.
Setelah semua persembahan siap, kemudian diletakan di tempat khusus dan
dilakukan doa-doa dengan dipimpin oleh Ihutan.
Gambar 2 : Penyembelihan Kerbau Dalam Tradisi Sipaha Lima |
Pada
prosesi terakhir, ditutup dengan panation atau pemberian ceramah oleh Ihutan. Isi ceramah tersebut biasanya
tentang nasehat-nasehat dan ajaran agama agar mereka senantiasa berbuat baik.
Setelah ceramah selesai kemudian dilanjutkan makan bersama, sebelum mereka
pulang ke rumah masing-masing.
Nilai-nilai Dalam Tradisi Sipaha Lima
Bagi
masyarakat Batak, khususnya penganut Permalim, Tradisi Sipaha Lima ini sangat
kaya akan nilai-nilai didalamnya. Terutama nilai religi,nilai budaya, nilai
kehidupan, serta nilai kebersamaan.
Nilai religi
Dilihat
dari fungsinya, Tradisi Sipaha Lima ini dilakukan sebagai media untuk
berkomunikasi kepada sang pencipta, sehingga mereka lakukan dengan penuh
ketulusan dan rasa hikmat dalam diri mereka.
Nilai budaya
Selain
sebagai media untuk berkomunikasi kepada sang pencipta, Tradisi Sipaha Lima ini
juga sangat kental akan nilai-nilai budaya. Hal itu sangat terlihat dari
busana, rangkaian prosesi, serta berbagai filosofi yang terkandung di dalamnya,
yang sangat identik dengan budaya masyarakat Batak.
Nilai kehidupan
Tradisi ini
juga sangat sarat akan nilai kehidupan, dimana sebagai manusia kita harus
selalu ingat kepada sang pencipta dan bersyukur atas apa yang Tuhan berikan.
Hal tersebut kemudian mereka ungkapkan dalam Tradisi Sipaha Lima ini.
Nilai kebersamaan
Nilai
kebersamaan dan persaudaraan adalah salah satu unsur penting dalam budaya Batak.
Hal tersebut juga sangat terlihat dalam tradisi ini, dimana mereka berkumpul,
baik mereka yang datang dari jauh, maupun dekat. Mereka bersama-sama merayakan
tradisi ini dengan penuh hikmat dan suka cita.
Perkembangan Tradisi Sipaha Lima
Dalam
perkembangannya, Tradisi Sipaha Lima masih terus dilaksanakan setiap setiap
tahunnya oleh masyarakat suku Batak, khususnya para penganut kepercayaan Permalim.
Sebagai salah satu bagian dari tradisi dan budaya, tradisi ini tentu masih terus mereka pertahankan hingga
sekarang.
Belum ada Komentar untuk "√ Sipaha Lima Tradisi Masyarakat Batak Di Sumatera Utara Beserta Penjelasannya"