√ Dongeng Indonesia Ekity Tidak Malu Lagi | Budaya Nusantara
Ekity Tidak Malu Lagi
"Potty! Potty!" Ekity beretriak-teriak ketika memasuki lorong. Lorong ini menuju rumah semut madu. Tidak seperti semut-semut lain, para semut madu beristirahat dengan cara bergantung di langit-langit ruangan.
Potty melirik ke arah Ekity di bawah. "Kau bawa madu lagi?" tanya Potty tanpa bergerak. Tubuhnya membengkak seperti buah blueberry. Perutnya berisi madu yang sangat banyak. Potty bergantung bersama semut-semut lain. Jika dilihat, semut berperut gendut dalam jumlah banyak itu mirip anggur.
"Aku belum dapat juga,"Ekity menunduk dengan sedih. Ini hari ketiga ia pulang tanpa membawa hasil. Ekity adalah semut pekerja pencari madu dari kutu pemakan getah tumbuhan. Madu itu harus ia bawa pulang ke sarang, lalu dituangkan ke mulut semut madu. Perut semut madu ini lama kelamaan akan membesar serupa gelembung. Madu ini adalah cadangan makanan semua semut saat musim dingin dan musim kemarau.
"Kamu harus berusaha lebih keras, Ekity. Sebentar lagi musim dingin. Aku khawatir cadangan makanan kita tidak cukup banyak,"kata Potty.
"Lihat, perutku belum sebesar perut teman-teman,"Potty menunjuk teman-teman sesama semut madu lainnya.
Ekity melihatnya. Perut Potty memang kalah besar.
"Masalahnya, Kutumi tidak ada,"kata Ekity lesu.
"Cari kutu lainnya! desak Potty.
"Aku tidak kenal, aku takut!" Ekity berkata putus asa.
"Kalau kau tidak kenal, kamu harus berkenalan! Cari teman kutu lain sebanyak-banyaknya. Kau tidak bisa hanya mengandalkan Kutumi,"kata Potty gemas.
Potty tahu, Ekity pemalu. Tetapi sifat pemalunya kadang-kadang keterlaluan. Potty khawatir, sifat pemalu itu akan menyulitkan Ekity. Ekity kan semut pekerja pencari madu. Seharusnya ia mengenal banyak kutu pemakan getah yang menghasilkan madu.
"Bagaimana caranya berkenalan?"tanya Ekity.
"Caranya? DATANGI DAN KENALKAN DIRIMU! Itu saja!" suara Potty kini benar-benar melengking. Ekity terlonjak, lalu berlari keluar. Duh, Potty galak amat, sih! Tidak perlu berteriak-teriak begitu.
Ekity kini bingung. Ia tak tahu bagaimana cara memulai perkenalan. Dulu, Kutumi yang lebih dulu memperkenalkan dirinya. Kutumi lalu memperkenalkannya pada kutu-kutu lain. Tetapi, Ekity cepat lupa nama-nama mereka. Selalu saja ia salah panggil. Kutusi dipanggil Kutuma. Padahal mereka jelas berbeda. Kutusi berbadan kecil, Kutuma gemuk.
Akhirnya daripada salah, Ekity memilih diam saja saat bertemu. Karena diam itu, beberapa kutu menganggap Ekity sombong.
Ekity berjalan menyusuri batang pohon yang besar.
"Hai!" Seekor kutu menyapa. Ekity tersenyum. Kutumi pernah mengenalkannya dengan kutu ini. Tetapi, siapa namanya ya?
"Hai juga,"Ekity berhenti.
"Kau pasti Epitti!" kata kutu itu. Ekitty menggeleng.
"Oh Emitty ya?"tebaknya lagi. Ekity kembali menggeleng.
"Ebity? Editty?" tanya kutu itu menebak-nebak.
Ekity menggeleng terus dengan perasaan geli.
Sekarang ia merasa punya teman. Ada kutu yang juga pelupa seperti dirinya. Horeeee!!!
"Ah, sudahlah. Siapa pun kamu, tidak penting. Ayo, ke kebun!" kutu itu mengajaknya dengan riang.
"Aku Ekitty. Kamu siapa?"Ekitty memberanikan diri bertanya.
"Aku Kutubi,"sahut kutu itu.
Mereka berjalan beriringan menuju kebun. Di kebun, sudah ramai dengan para kutu dan semut pekerja. Perasaan Ekitty jadi ciut. Sebagian besar kutu itu sama sekali tidak dikenalnya.
"Itu siapa?" Ekity menunjuk satu kutu. Kutubu diam sejenak.
"Mungkin Kutusa. Atau Kutuki? Ah, bukan, itu Kutudi.... Aduh, aku lupa!" Kutubi menepuk kepala sambil tertawa.
"Kalau itu siapa?" Sekarang Kutubi menunjuk satu semut pekerja.
"Sepertinya Emitty,"Ekity berkata ragu.
"Yakin?"Kutubi bertanya.
"Entahlah.... Aku tak yakin!"jawab Ekitty. Kutubi tertawa terbahak-bahak. Ekity tersipu-sipu malu.
"Kita ternyata sama! Sama-sama pelupa!"
"Kau tidak malu?" tanya Ekity.
"Malu kenapa? karena tidak hafal semuanya?"Kutubi balik bertanya. Ekitty mengangguk.
"Yaaa... Kadang-kadang malu. Aku berusaha mengingatnya dengan mencatat.
Kalau masih lupa juga, bagaimana lagi? Eh, walau pelupa, temanku banyak, lo!"Kutubi berkata panjang lebar.
Kalau masih lupa juga, bagaimana lagi? Eh, walau pelupa, temanku banyak, lo!"Kutubi berkata panjang lebar.
Ekity jadi bersemangat. Ia memang pelupa, sama dengan Kutubi. Nah, kalau Kutubi bisa punya teman banyak, ia juga pasti bisa! Ekity akan belajar bagaimana mencari teman dari Kutubi.
Hari ini dan seterusnya, Ekity bertekad akan mendapatkan banyak madu dari para kutu. Madu itu akan dibawanya pulang. Potty pasti tidak marah lagi.
Belum ada Komentar untuk "√ Dongeng Indonesia Ekity Tidak Malu Lagi | Budaya Nusantara"