√ Prosesi Panggih : Upacara Temu Pengantin Adat Solo | Budaya Nusantara
Dalam prosesi pernikahan Jawa, panggih merupakan puncak acara. Di
prosesi ini sepasang pengantin yang sudah resmi sebagai suami istri
untuk bersanding di pelaminan. Upacara ini melambangkan peristiwa
pertemuan awal kedua pengantin hingga akhirnya mereka memutuskan untuk
memasuki biduk rumah tangga.
Langsung saja yuk kita simak bersama prosesi panggih yang unik dari adat Jawa Solo.
1. Balangan Gantal
Tata cara.
Pengantin pria melempar gantal ‘gondhang tutur’ dengan sasaran dada
pengantin wanita. Sedangkan pengantin wanita melempar gantal ‘gondhang
kasih’ yang dituju lutut pengantin pria.
Makna.
Tata cara prosesi balangan ganthal ini ialah pengantin pria mengambil
jantung hati atau cinta kekasihnya. Sebaliknya wanita menunjukkan
baktinya kepada guru laki atau sang suami. Prosesi ini juga berarti
suatu peristiwa yang sekilas namun tidak dapat diulangi lagi.
Baca Juga:
√ Tari Muang Sangkal Tarian Tradisional Dari Madura, Jawa Timur
2. Ngidak Tigan (Menginjak Telur)
Tata cara.
Dengan kaki telanjang pengantin pria menginjak sebutir telur ayam
mentah yang diletakkan di atas nampan sampai bagian merah dan putihnya
hancur dan menjadi satu.
Selanjutnya pengantin wanita membasuh kaki pengantin pria sebagai perlambang baktinya kepada suami.
Selanjutnya pengantin wanita membasuh kaki pengantin pria sebagai perlambang baktinya kepada suami.
Dalam
tradisi kuno, sesepuh memberikan syarat mencelupkan tangannya ke dalam
bokor air kembang, diusapkan pada tengkuk kedua pengantin. Hal ini
mempunyai makna memperkenalkan pengantin pria dan wanita yang disaksikan
oleh dewa air yang disebut Dewi Jalika.
Makna. Prosesi
menginjak telur ini bermakna bahwa yang dijodohkan bisa mempunyai
keturunan. Tigan atau telur melambangkan manunggalnya pria dan wanita
seperti pecahnya telur berupa putih dan merah. Putih juga menggambarkan
pria dan merah menggambarkan wanita, dan disebut ‘ngidak widji dadi’.
3. Sinduran/Disingepi sindur
Tata cara.
Pundak kedua pengantin ditutup dengan kain sindur oleh ibu pengantin
perempuan, berjalan perlahan menuju ‘krobongan’ diikuti bapak dari
belakang. Kain sindur yang berwarna putih dan merah melambangkan
asal-usul manusia.
Namun ada pelaksanaan ‘disingepi sindur’ dimana
ibu berjalan di belakang pengantin dan bapak di depannya. Dengan cara
itu disebut ‘nggendong anak’, yang artinya kehidupan rumah tangga anak
ditanggung orangtuanya. Maksudnya kedua orangtua memberikan ‘panjurung
donga pangestu’ kepada kedua anaknya.
4. Bobot timbang
Tata cara.
Ayah pengantin wanita duduk di depan ‘petanen’ diikuti pengantin pria
duduk dipangku di lutut kanan dan pengantin wanita di lutut kiri. Pada
saat itu ibu pengantin maju sambil menanyakan ‘abot endi pakne’ (berat
yang mana pak?) Yang kemudian dijawab sang bapak ‘pada wae’ (sama
beratnya).
Makna. Mengandung makna bahwa antara anak sendiri dengan anak menantu bagi orangtua tidak ada bedanya.
5. Ngombe rujak degan
Tata cara.
Merupakan tradisi minum rujak satu gelas untuk satu keluarga. Rujak
degan yang ada di dalam gelas diminum oleh bapak diteruskan diminum ibu
dan diberikan kepada kedua pengantin
Makna. Membersihkan dan menyegarkan tubuh serta jiwa.
6. Kacar kucur
Tata cara.
Pengantin pria menuangkan ‘ubarampe’ ke pangkuan pengantin wanita yang
diberi alas kain sindur. Saat itu mengucapkan ‘kacar kucur rukune kaya
sedulur kacang kawak, dele kawak, rakete kaya sanak’.
Makna. Merupakan simbol tanggung jawab pengantin pria untuk menafkahi keluarganya
7. Dulangan
Tata cara. Pengantin pria menyuapkan nasi kepada pengantin wanita, kemudian sebaliknya pengantin wanita menyuapi pengantin pria.
Makna. Tata cara ini melambangkan ‘cumbana’ atau saling bercumbu rayu dan saling memadu kasih
Baca Juga:
√ Rawon Makanan Tradisional Dari Jawa Timur
8. Ngabekten
Tata cara. Pengantin wanita sungkem kepada pengantin pria, lalu kedua pengantin sungkem kepada kedua orangtua sebagai tanda bakti.
Makna. Ngabekten merupakan prosesi untuk menunjukkan bakti kedua pengantin kepada kedua orangtuanya. (*)
Belum ada Komentar untuk "√ Prosesi Panggih : Upacara Temu Pengantin Adat Solo | Budaya Nusantara"